Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanaman Modal di "Pulau Dewata" Perlu Pemerataan

Kompas.com - 24/06/2013, 09:34 WIB

SEGELINTIR pelaku pariwisata di Bali menilai sektor wisata ”Pulau Dewata” mulai jenuh, terutama wilayah selatan. Tingkat hunian hotel pun tak lagi merata karena hanya sekitar 60 yang memiliki persentase keterisian sesuai kapasitas. Sekitar 30 persen penginapan justru kesulitan mencapai target.

Padahal, rata-rata kunjungan wisatawan asing melalui Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, tercatat 5.000 orang per hari. Jumlah kamar hotel di ”Pulau Dewata” tercatat sekitar 50.000 kamar. Kendati berdasarkan tingkat keterisian penginapan mengalami penurunan, di sisi investasi, Bali tetap memikat hati pemodal asing dan dalam negeri.

Berdasarkan catatan Badan Penanaman Modal (BPM) Bali, realisasi investasi pada 2012 sebesar Rp 13,5 triliun. Realisasi ini naik dari tahun 2010 yang tercatat Rp 5,3 triliun.

Angka realisasi tersebut, sumber pananaman modal seimbang dari modal dalam negeri dan asing. Ya, sejak tiga tahun terakhir, modal dalam negeri mulai menyamai penanam modal asal asing.

Hanya saja sektor tersier lebih mendominasi ketimbang sektor primer. Sektor tersier yang mencolok adalah perdagangan dan reparasi, hotel, serta restoran. Sementara setahun terakhir, transportasi, gudang, dan komunikasi ikut mewarnai penanaman modal, terutama dari pemilik modal nasional.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Wisatawan mengunjungi lokasi wisata Pura Ulu Watu, Bali, Selasa (1/1/2011). Berdasar data Dinas Pariwisata Bali, hingga Agustus 2011 jumlah wisatawan yang berkunjung di Bali mencapai 1.8 juta wisatawan.
Menurut Laporan Bank Indonesia periode Desember 2012, pembangunan transportasi, seperti jalan di atas perairan dan perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai, ikut mendongkrak investasi swasta tersebut. Hal itu bersamaan dengan pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, pendirian hotel, dan restoran, yang juga tak kenal henti.

Pertumbuhan ekonomi Bali selama lima tahun terakhir naik dari 4,5 persen pada 2008 menjadi 6,6 persen pada 2012. Inflasi pun tercatat dari 9,6 persen pada 2008 dan mampu ditekan 4,7 persen pada 2012.

Pilihan favorit

Kendati demikian, angka investasi dan pertumbuhan ekonomi Bali tak merata dirasakan semua wilayah di sembilan kabupaten/kota. Bali selatan yang terdiri dari Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar, masih menjadi pilihan favorit investasi pemodal lokal ataupun asing.

Buktinya, kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Bali tahun 2012 tercatat sebesar 67,22 persen.

Bagaimana dengan Bali utara, timur, dan barat? Bali timur, yakni Klungkung, Bangli, dan Karangasem, mendapatkan 15,11 persen. Bali utara (Buleleng) dan barat (Jembrana), masing-masing memperoleh sekitar 11,74 persen dan 5,94 persen.

Kepala Bidang Pengkajian BPM Provinsi Bali, Suta Astawa mengakui, penyebaran investasi memang tidak merata. Bali selatan tetap menjadi pilihan favorit calon penanam modal asing ataupun dalam negeri.

KOMPAS/AYU SULISTYOWATI Sejumlah jukung warga mengantarkan wisatawan menuju tengah laut melalui kawasan Lovina, Pantai Binaria, Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu (2/6/2013), sekitar pukul 05.00 Wita. Mereka mencari lumba-lumba yang setiap pagi berenang. Aktivitas tersebut menjadi wisata lumba-lumba andalan warga yang membuat populer kawasan.
Suta menjelaskan, pihaknya terus menawarkan dan mengarahkan calon investor untuk melirik dan berminat menanamkan modalnya di Bali utara, timur, hingga barat. Namun, menurut Suta, calon investor kurang tertarik dan cenderung pesimistis bisa berkembang selain di Bali selatan.

”Kami terus meyakinkan calon investor agar mempertimbangkan adanya kejenuhan investasi di Bali selatan. Kenyataannya, pariwisata memang masih menjadi daya tarik dan Bali selatan merupakan lokasi menarik,” kata Suta.

Ia menambahkan, salah satu alasan kuat investor menolak berpindah dari Bali selatan adalah persoalan infrastruktur. Ia mengakui jalan menuju Bali utara, misalnya, sudah baik, tetapi perlu pelebaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com