Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Giriloyo, Setia Melestarikan Batik Tulis

Kompas.com - 26/06/2013, 10:47 WIB
KOMPAS.com - Seiring perkembangan zaman, budaya batik tulis semakin terkikis karena semakin murahnya batik yang datang dari luar negeri dan semakin berkembangnya batik cetak yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan batik secara cepat.

Akan tetapi ada satu desa di Yogyakarta yang sampai saat ini melestarikan batik khususnya batik tulis. Desa ini adalah Desa Giriloyo yang terletak di dekat Pemakaman Raja Jogja Imogiri Bantul.

Batik merupakan seni dan budaya asli Indonesia, Hal ini dibuktikan dengan pengakuan UNESCO pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi. UNESCO menyatakan batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Pengakuan ini membuat batik di dunia semakin diminati. Saat ini banyak masyarakat yang juga menghargai batik dengan cara memakai batik untuk bekerja atau dibuat seragam.

Memang saat ini saya agak kesulitan mencari desa penghasil batik tulis yang masih konsisten menjaga warisan budaya Indonesia. Di Desa Giriloyo Bantul ini kita bisa menemukan hampir di setiap rumah menjual batik tulis dan di kala senggang mereka membatik di depan rumahnya.

BARRY KUSUMA Membuat batik tulis.

Memang untuk menjaga warisan budaya itu tidak mudah, karena harus ada regenerasi dan kaum muda yang harus peduli. Di Desa Giriloyo ini saya banyak melihat anak gadis ikut membatik. Kadang kaum laki-laki juga terlihat ikut membatik. Biasanya anak gadis tertarik mencanting (teknik pembuatan batik) karena melihat ibu dan neneknya yang sedang asyik membatik.

Buat yang ingin melihat proses pembuatan batik tulis, datanglah ke Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Keberadaan batik di Indonesia memiliki kisah panjang. Tradisi batik diperkirakan muncul di Nusantara, khususnya Jawa, pada masa kerajaan Majapahit atau abad ke-12. Hal itu ditandai dengan ditemukannya arca Prajnaparamita (Dewi Kebijaksanaan) di Jawa Timur abad ke-13. Pada arca tersebut digambarkan bahwa Sang Dewi mengenakan kain yang dihiasi dengan motif sulur tumbuhan dan bunga. Ini merupakan motif yang masih dijumpai hingga sekarang.

BARRY KUSUMA Proses penjemuran batik tulis.

Pada 1817 batik mulai dikenal di Eropa seiring dengan terbitnya buku History of Java, karya Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Inggris yang pernah bertugas di Jawa yang di dalamnya terdapat kisah tentang batik. Kemudian pada 1873, seorang saudagar menyumbangkan batik Jawa ke Museum Etnik di Rotterdam, yang didapatkannya saat berkunjung ke Tanah Jawa.

Kegiatan batik tulis dan pencelupan di Desa Giriloyo ini telah berlangsung sejak 1654 bersama dengan pembangunan kompleks keraton. Para Raja dan abdi dalam istana ditugaskan untuk menjaga makam.

Karena hubungan yang sangat erat dengan istana, abdi dalem dan masyarakat desa di sini memperoleh pengetahuan tentang bagaimana untuk membuat dan mewarnai batik.

Seiring perjalanan waktu kurangnya batik tulis yang merupakan kerajinan rakyat ini sudah mulai jarang ditemui dan harganya pun yang cukup mahal membuat mereka bekerja sama dengan orang-orang dari Desa Giriloyo untuk mewarnai batik.

BARRY KUSUMA Batik tulis.

Orang-orang dari Giriloyo mengambil kain polos dan membawanya pulang ke rumah. Kain akan diberikan kembali setelah mereka selesai melakukan pencelupan. Oleh Karena itu, masyarakat Desa Giriloyo mulai mengembangkan keterampilan mereka dalam membatik dan akhirnya membuka usaha sendiri.

Mengunjungi Desa Giriloyo banyak manfaatnya. Anda di sini dapat belajar banyak tentang motif batik dan filosofinya. Batik Giriloyo bertahan dengan motif tradisional di tengah perkembangan motif batik modern.

Banyak yang suka motif tradisional karena memiliki filosofi dan arti tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya, batik Sido Asih (sehingga orang yang memakainya akan memiliki banyak cinta), Sido Mukti (jika memakai oleh pengantin, mereka akan memiliki kekayaan dan kehidupan yang bahagia).

Ada lagi batik Sido Mulyo (dia akan memiliki kehidupan yang mulia), Truntum (mekar cinta), Madu Bronto (cinta manis seperti madu) dan banyak lainnya. Selain itu, ada juga motif lain yang memiliki nilai sakral dan hanya bisa dikenakan oleh Sultan dan keluarga Istana Kerajaan.

Untuk menuju Desa Giriloyo dapat menggunakan transportasi umum. Dari Yogyakarta berangkat dari stasiun bus Giwangan mengambil bus rute Yogyakarta-Panggang atau Yogyakarta-Petoyan dan berhenti di stasiun bus Imogiri.

BARRY KUSUMA Batik tulis yang dihasilkan perajin Desa Giriloyo yang terletak di dekat Pemakaman Raja Jogja Imogiri Bantul, DIY.

Dari sini bisa dilanjutkan dengan berjalan atau naik ojek. Di sini terlihat gerbang Desa Giriloyo yang besar yang dapat kita lihat di pinggir jalan. Sebaiknya menuju Giriloyo menyewa ojek karena masuk ke dalam cukup jauh jika berjalan kaki.

Kalau tidak mau repot, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi. Berangkat dari Yogyakarta mengambil rute ke Imogiri dengan lama perjalanan sekitar 1-1,5 jam. (BARRY KUSUMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com