Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/07/2013, 07:49 WIB
SITI terlihat begitu tekun membuat lekukan dari tanah liat untuk membentuk sebuah asbak. Sesekali perempuan yang mengenakan sarung ini mencelupkan tangannya ke dalam air, mengambil tanah liat dan menempelkannya kembali ke asbak yang hendak dibuatnya. Sementara di sekitarnya anak-anak berlarian, bercanda ria, seakan-akan tidak mengganggu
konsentrasi Siti membentuk sebuah asbak di sentra kerajinan gerabah di Desa Banyumulek,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (1/7/2013).

Desa Banyumulek perlahan-lahan mulai dikenal kalangan wisatawan dalam dan luar negeri sebagai penghasil gerabah di Pulau Lombok. Kini, berwisata ke Lombok tanpa menenteng
oleh-oleh khas Lombok seperti yang dihasilkan perajin Desa Banyumulek ini jelas terasa hampa.

Dalam paket tur yang ditawarkan para biro perjalanan di Lombok, Desa Banyumulek merupakan salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi wisatawan. Apa kelebihan Desa Banyumulek? Desa ini dikenal sebagai tempat perajin gerabah membuat karyanya. Tahun 70 sampai 80-an warga Desa Banyumulek hanya memproduksi gerabah seperti tempayan, dan gentong untuk menyimpan beras semata-mata demi keperluan sendiri.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Perajin gerabah di Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/7/2013).
Tahun 90-an dibantu Pemerintah Selandia Baru, para perajin gerabah di Banyumulek
mulai mengenal teknik membuat gerabah secara modern dan mulai mengikuti selera pasar. Kini produk hasil perajin Desa Banyumulek sudah merambah ke luar Lombok dan mancanegara. Hasil karya gerabah pun bervariasi, tak sebatas gentong semata. Produk dipoles dengan apik sesuai keinginan konsumen. Teknik pembakaran diperbaiki sehingga produk gerabah Banyumulek semakin diburu pembeli untuk memperindah halaman tempat tinggal, isi rumah, hotel dan sebagainya.

Menuju Desa Banyumulek sangat mudah. Hanya berjarak 14 kilometer dari Kota Mataram, ibu
kota Provinsi NTB. Kalau Anda menginap di kawasan Senggigi, untuk mencapai Desa Banyumulek memerlukan waktu sekitar 40 menit dengan kendaraan.

Senin (1/7/2013) pagi, setelah menempuh perjalanan dari Senggigi, lima pemenang kompetisi foto "Explore Indonesia" yang diadakan Burufly.com yakni Irvan Darmawan, Hadi Setia Darma, Afriandi, Tirta Subhakti Winata, dan Hendro Jap begitu antusias saat memasuki desa tempat perajin gerabah tersebut.

Mereka diajak ke Mataram yang dibiayai HIS Tour & Travel untuk berburu foto obyek-obyek wisata di Pulau Lombok. Kelimanya sudah siap dengan kamera masing-masing ketika pemandu kami, Surya Pratama, mengajak memasuki dan mengenal lebih dekat cara pembuatan gerabah di Desa Banyumulek.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Perajin gerabah di Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Minggu (1/7/2013).
Melihat Siti begitu terampil membuat asbak, mereka pun terkesima. Hendro segera mengeluarkan perlengkapan fotografinya dan tanpa sungkan meminta Siti untuk mengulangi
lagi cara pembuatan asbak. "Tahan bu," kata Johan. Klik! klik! Sementara Irvan tak kalah gesitnya "blusukan" ke rumah-rumah para peerajin gerabah di Desa Banyumulek. "Suasananya betul-betul alami di sini," katanya.

Perajin gerabah di Desa Banyumulek dilakukan oleh para perempuan. Sementara kaum laki-laki bertugas mencari tanah liat dan membakar gerabah. Tanah liat sangat berlimpah di Lombok dan diperoleh di Gunung Sasak. Tanah liat yang diambil dari Gunung Sasak itu dikeringkan lalu diinjak-injak agar halus. Kemudian, tanah dicampur dengan pasir kemudian disaring. Jika sudah cukup halus, tanah liat itu dicampur air secukupnya kemudian dipakai sebagai bahan dasar membuat gerabah.

Peralatan yang digunakan para perajin untuk membuat gentong, piring, asbak, celengan, anglo dan sebagainya sangat sederhana. Para perempuan Banyumulek hanya mengandalkan tangan, sebuah sikat, talenan, amplas, dan seember air untuk meratakan permukaan tanah liat. "Satu hal yang tak dilupakan adalah kain. Fungsinya untuk menghaluskan," kata Surya.

Setelah selesai, lantas produk diangin-anginkan sehari. Setelah itu barulah dilakukan pembakaran. Proses pembakaran biasanya dilakukan sekitar 1-2 jam. Bila membakar
menggunakan sekam maka hasilnya akan berwarna hitam. Jika menggunakan kayu, hasilnya
berwarna merah. Faktor panas api betul-betul diperhatikan agar pembakaran merata.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Para pemenang kompetisi foto Explore Indonesia yang diadakan Burufly.com saat berada di Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/7/2013).
Selanjutnya proses mempercantik produk pun tak kalah pentingnya dengan menggunakan
rotan dan sebagainya. Tampilan produk pun akan semakin cantik dan membuat wisatawan
tertarik untuk membeli.

Di Desa Banyumulek itu pula, selain wisatawan bisa melihat proses pembuatan juga bisa melihat langsung hasil produk yang sudah mengalami proses akhir dan siap dijual di Pasar
Seni Banyumulek. Lokasinya tak jauh dari tempat para perajin membuatnya.

Melihat berbagai produk gerabah yang dihasilkan para perajin di Banyumulek ini, pasti keinginan Anda untuk membeli muncul seketika. Apalagi produk yang dipajang benar-benar menarik dan sesuai selera pasar. Patut digarisbawahi membawa kerajinan khas Banyumulek sebagai suvenir perlu ekstra hati-hati karena mudah pecah.

Kendi Maling

Tentu saja, yang menarik perhatian wisatawan saat memasuki Pasar Seni Banyumulek adalah kendi maling. Bentuknya seperti kendi biasa, yakni sebagai tempat menyimpan air untuk diminum. Yang unik adalah cara mengisi air ke dalam kendi tersebut. Kalau kendi biasa mengisi air tentu dari atas, di mana kendi paling atas berlubang sebagai tempat memasukkan air.

"Namun kendi maling ini beda," kata Surya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Surya mendemonstrasikan cara mengisi air ke dalam kendi maling di Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/7/2013).
Surya lantas memeragakan cara mengisi air ke kendi maling. Dia membalikkan kendi maling dan mengisi air dari bawah. Saat air sudah penuh, maka kendi dikembalikan lagi ke posisi semula. Dan airnya tidak tumpah! Rata-rata kapasitas kendi maling ini sebanyak 0,5 liter air. Harga kendi maling sebesar Rp 75.000.

Selain kendi maling, masih banyak lagi suvenir yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh dari
Desa Banyumulek. Ada keramik setinggi 1 meter dihargai Rp 125.000. Ada pula lonceng kecil
dari tanah liat seharga Rp 15.000.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Hasil karya para perajin gerabah dipajang di Pasar Seni Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pasar Seni Banyumulek di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com