Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2013, 08:09 WIB
HAWA dingin menerpa badan saat masuk ke ruang pembelian tiket KA Bandara di lantai 2 Stasiun Kereta Api Kota Medan, Sabtu (6/7/2013). Suasana hotel yang bersih langsung terasa begitu kaki melangkah ke lokasi pembelian tiket.

Lantai beralas karpet warna biru dengan gambar-gambar abstrak warna krem. Kursi-kursi berjajar rapi di depan loket. Petugas melayani dengan ramah dan terus tersenyum saat memberi kartu akses masuk ruang tunggu KA dan boarding pass kereta api seharga Rp 80.000 sekali jalan. Suasana ini kontras dengan ruangan di lantai satu stasiun KA yang melayani penumpang reguler yang berhawa panas.

Lalu terdengar suara perempuan di pengeras suara yang menyatakan, kereta api segera berangkat, para penumpang diminta masuk ke ruang tunggu. Para penumpang yang adalah peserta simulasi pengoperasian Bandara Kualanamu pun menuju ruang tunggu setelah sebelumnya memasukkan kartu untuk membuka akses ke ruang tunggu KA.

Afrina (28), peserta simulasi, mengaku senang dengan pelayanan yang ramah dan ruang stasiun yang bersih. ”Semoga ini tidak diawal saja, tetapi terus dipertahankan,” ujar Afrina. Sejumlah penumpang sibuk berfoto di sudut-sudut ruangan karena interior ruangan memberi latar belakang yang bagus untuk berfoto. Namun, saat Kompas mencoba toilet stasiun yang bersih dan wangi, air yang ada justru berwarna keruh.

Pertama di Indonesia

KA Bandara Kualanamu yang dioperatori PT Railink, perusahaan joint antara PT KAI dan PT Angkasa Pura II, akan menjadi KA Bandara pertama yang dimiliki Indonesia. Saat pembukaan bandara pada 25 Juli, PT Railink akan mengoperasikan dua set kereta rel diesel Indonesia (KRDI), masing-masing terdiri atas empat kereta yang mampu mengangkut 304 penumpang sekali jalan. KA dijadwalkan beroperasi 30 kali perjalanan (15 kali pergi pulang).

Begitu pintu KA membuka, calon penumpang pun berhamburan masuk, tak lagi memedulikan nomor kursi yang ditunjukkan dalam boarding pass. ”Saat ini boleh bebas, tapi saat nanti pengoperasian, harus sesuai dengan nomor kursi,” tutur Petra, prama KA, semacam pramugara di pesawat.

Petra kemudian dengan suara lantang mengucapkan selamat datang kepada penumpang. Ia menerangkan, KA akan menuju ke Kualanamu dengan waktu tempuh 30 menit, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. ”Kereta ini tidak memiliki sistem yang bisa mengumumkan selamat datang secara otomatis, jadi setiap gerbong ada pramanya. Nanti di kereta yang baru sudah otomatis ada sistem yang mengumumkan ke penumpang,” kata Petra.

KOMPAS/ALIF ICHWAN Bandara Kualanamu.
Kereta baru yang dimaksud Petra adalah dua KA produksi Korea Selatan yang akan tiba di Medan pada Agustus dan September dengan kapasitas penumpang 172 orang.

Saat pintu KA terbuka, sedikit keributan terjadi. Pintu stasiun KA, baik di Medan maupun di bandara, tidak didesain untuk KRDI, tetapi untuk KA dari Korsel itu. Akibatnya, saat pintu membuka, kaca stasiun atau pilar menghalangi penumpang keluar sehingga penumpang harus keluar dalam posisi miring atau pindah ke pintu keluar yang lain. ”Bagaimana ini nanti kalau bawa kopor besar, harus pindahlah ke pintu lain,” kata seorang penumpang.

General Manager PT Railink Bodhaswara mengatakan, meskipun nanti KA dari Korsel tiba, KRDI tetap akan dioperasikan. Artinya, keributan pintu yang membuka di depan kaca akan terus terjadi.

Menurut Bodhaswara, dalam sehari dijadwalkan ada 30 kali perjalanan kereta dengan selisih waktu satu jam. Pada 2014, Stasiun Kota bisa melayani city check in. Dengan kapasitas 304 penumpang, dengan 30 kali perjalanan, diperkirakan ada 9.000 penumpang yang bisa diangkut setiap hari.

Meski PT Railink siap melayani penumpang ke bandara, belum tersedia lokasi parkir kendaraan bagi calon penumpang di Stasiun Kota. Persoalan ini seharusnya segera diselesaikan sebelum operasi. (WSI)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com