Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto "Prewedding" sambil Pelesir? Tentu Bisa

Kompas.com - 27/07/2013, 11:08 WIB
Fira Abdurachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisa jadi pre-wedding di luar negeri adalah cara untuk keluar sejenak dari rutinitas dan kesibukan dalam mempersiapkan hari perkawinan.

Biasanya proses pengambilan gambar untuk foto dan video membutuhkan waktu sekitar 4 hari, di luar hari kedatangan dan kepulangan. Paling penting untuk pengambilan foto dan video pre-wedding di luar negeri adalah mempersiapkan konsep dan tema sebaik–baiknya. "Diskusikan sedetil mungkin dengan klien (pasangan) tentang konsep dan script yang kan dikerjakan," kata Anca Leksmana, videografer pre-wedding, kepada Kompas.com.

Menurut Anca, setidaknya butuh 3 kali pertemuan dalam proses persiapan yaitu pertama menentukan tema, kedua membicarakan script, dan ketiga mematangkan naskah dan detil perjalanan. "Jangan sampai mahal–mahal dan jauh ke tempat tujuan, sampai sana masih bingung mau kemana, mau naik apa, mau ngapain. Buang waktu," kata Anca.

Hal penting lainnya adalah pasangan harus menjaga kesehatan selama perjalanan. "Kalau sakit, mood-nya akan jelek. Kalau mood-nya jelek proses pengambilan gambar jadi terganggu. Hasilnya juga tidak bagus," kata Anca.

Pasangan juga harus siap dengan proses pengambilan gambar yang cukup melelahkan. Maka itu penting bagi setiap pasangan dan para pengambil gambar untuk saling menjaga perasaan anggota rombongan. "Kita harus bisa bikin suasana senang," kata Anca.

Tempat yang ingin dituju tergantung selera dan tema para pasangan. "Untuk tema romantis misalnya, biasanya Paris jadi favorit," ujar pria yang sudah 5 tahun menekuni profesi videografer pre-wedding. Kota besar biasa dipilih Hongkong atau Singapura sedangkan yang senang dengan tema alam, New Zealand bisa jadi pilihan.

Anca justru menyayangkan, pengambilan gambar di luar negeri malah justru lebih mudah dan murah ketimbang di dalam negeri. Di Indonesia jauh lebih ribet dan mahal. "Semua dipungli. Apa-apa bayar dan harus pakai izin, apalagi Jakarta. Ongkosnya jadi lebih mahal dibanding tiket ke Singapura," katanya.

Mengenai harga, menurut Anca, tergantung tujuan dan tema. "Harga dan tarif biasa dibicarakan dengan klien (pasangan). Kadang ada pasangan yang memilih hotel sendiri, ada juga yang maunya kami yang atur," ujar Anca.

Untuk kawasan ASEAN karena dekat, tarifnya paling murah, bisa kisaran Rp 15-25 juta. Lebih jauh lagi seperti Hongkong, pasangan harus mempersiapkan bujet sekitar Rp 35–40 jutaan. Paling mahal adalah ke Eropa, bisa sampai Rp 60-70 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com