Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Terjang Juragan Minang

Kompas.com - 01/09/2013, 09:31 WIB

Oleh

Perantau pergi berbekal tekad dan tulang. Belasan tahun kemudian, mereka pulang membawa ”emas”. Begitulah jalan yang dilalui sejumlah juragan warung minang.

Lepas malam di Losarang, Indramayu, Jawa Barat, awal Agustus. Rusdi Safry (48), pemilik RM Taman Selera duduk di sudut area parkir rumah makan yang amat luas. Ia ditemani sahabat sekaligus asisten utamanya, Yunus. Mata mereka mengikuti puluhan bus Sinar Jaya yang keluar masuk area parkir. ”Kalau bus semakin banyak, area parkir sebelah situ akan dibuka,” kata Rusdi menunjuk lahan parkir kosong di salah satu dari enam unit rumah makannya.

Meski berstatus juragan, setiap malam—terutama di musim mudik Lebaran—ia nongkrong di area parkir, bukan duduk manis di ruang kerjanya yang nyaman dan dilengkapi monitor CCTV. ”Dengan begini saya tahu apakah saya perlu memperluas lagi area rumah makan,” ujar Rusdi.

Area Taman Selera sudah amat luas, totalnya mencapai 4 hektar dengan 200 karyawan. Namun, Rusdi akan terus memperluas rumah makannya jika diperlukan. Untuk berjaga-jaga, ia telah membeli beberapa petak tanah di belakang dan samping Taman Selera.

Bagaimana perjalanan Rusdi hingga di titik itu? Cerita bermula ketika Rusdi pergi meninggalkan kampungnya, Sumpur, di tepian Danau Singkarak untuk merantau ke Jakarta tahun 1979. Ketika itu usianya baru 14 tahun. Sempat berkelana ke Lahat, ia akhirnya ”terdampar” di RM Citra Rasa milik pamannya. ”Saya bantu- bantu cuci piring. Itu pekerjaan pertama yang harus dilakukan perantau yang numpang di warung minang,” kenangnya.

Setelah beberapa bulan cuci piring, Rusdi ”naik pangkat” menjadi pembuat minuman, lalu pengambil piring kotor, penghidang, dan akhirnya juru masak, jabatan tertinggi dalam struktur pekerja di warung minang. Tahun 1988, ia membuka rumah makan sendiri. Ia sempat jatuh-bangun sebelum sukses menjadi juragan rumah makan minang dengan area terluas di Indramayu, bahkan mungkin Indonesia.

Dari kampung yang sama, Nedy (42) bertolak ke Indramayu tahun 1986 ketika usianya baru 15 tahun. Bekalnya cuma alamat RM Citra Rasa. Seperti Rusdi, ia memulai kariernya sebagai tukang cuci piring. ”Tangan dan kaki tak pernah kering, sampai terkena kutu air. Biar tak dikerubungi lalat, sewaktu tidur saya pakai kaus kaki. Eh, kaus kaki lengket ke lukanya, sakitnyaaa...”

Siksaan cuci piring itu baru lepas setelah Nedy sengaja berjalan terpincang-pincang di depan pemilik Citra Rasa yang juga pamannya. Ia pun dimutasi ke bagian pembuat kopi. ”Kalau enggak panjang akal, bisa 2-3 tahun cuci piring ha-ha-ha,” ujarnya.

Lepas dari Citra Rasa, Nedy membantu kerabatnya Rusdi di Taman Selera. Ia dipercaya menjadi kepala karyawan hingga memegang kasir. Setelah 10 tahun bekerja, ia membuka warung makan sendiri bernama Singgalang Jaya. Belakangan, ia bikin satu lagi rumah makan bernama Alam Wisata. Keduanya ada di pantura. ”Modalnya dibantu Pak Rusdi.”

Bustaman (70), juragan Restoran Sederhana, juga memulai kariernya sebagai tukang cuci piring sebelum mendirikan Restoran Sederhana yang kini punya 100 cabang lebih di seluruh Indonesia.

Banyak akal

Bagaimana mereka bisa sesukses itu? Rusdi menceritakan, kesuksesannya ditentukan oleh hubungan simbiosis mutualisme dengan mitranya, PO Sinar Jaya. Ketika pertama kali membuka warung, hanya ada 39 bus Sinar Jaya yang mampir. Lama kelamaan bus itu bertambah hingga sekarang 400-an. ”Saya pun harus menambah area parkir supaya bisa menampung bus Sinar Jaya. Enggak terasa tiba-tiba sudah 4 hektar ha-ha-ha.”

Kemitraan itu langgeng sampai sekarang lantaran Rusdi melayani kebutuhan Sinar Jaya, termasuk awaknya. Ia, misalnya, menyediakan ruang makan ber-AC khusus untuk 800-an awak bus yang singgah. Mereka makan dan minum sepuasnya dan diberikan rokok gratis. ”Untuk biaya rokok saja setiap hari kami habis Rp 4,8 juta. Sebulan jadi Rp 144 juta, setahun Rp 1,7 miliar.”

Ia menyediakan bengkel gratis untuk bus yang perlu perawatan darurat. Ia juga turun tangan jika ada bus Sinar Jaya yang mengalami kecelakaan di wilayah sekitar Taman Selera. ”Pernah terjadi kecelakaan dengan beberapa korban tewas. Kami membantu uang santunan untuk korban.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com