Asap membubung dari pekarangan di belakang rumah Puti Reno Raudhatuljannah Thaib, Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung atau akrab disapa Raudha. Di sekeliling sumber asap, lima perempuan koki Kerajaan Pagaruyung berbalut kain berjongkok membakar belut. Asap bergulung-gulung menghitamkan belut dan membawa harum daging yang terbakar berkelana di udara.
Setelah matang, belut bakar yang nantinya bakal direndang itu digantung di ranting pohon dan diangin-anginkan.
Sambil menunggu belut kering, perempuan-perempuan berumur paruh baya itu menyebar ke kebun di sekitar istana. Mereka kembali dengan sekarung dedaunan, seperti tapak liman, puding (puring), puding karitiang, puding hitam, ruku- ruku, surian, pucuk belimbing, mangkok, asam kasambi, dan petai yang akan digunakan sebagai campuran rendang belut.
Maiyar (56), pemimpin koki Pagaruyung, mengatakan, ada banyak daun yang bisa digunakan untuk campuran rendang belut. ”Saya tidak hafal semua. Pokoknya, semua daun yang dimakan kambiang (kambing) boleh kami pakai. Mungkin seratus jenis daunlah,” kata Maiyar sambil mengiris daun-daun itu.
Proses memasak terus berlanjut. Maiyar menugaskan Yuslimar (46) menjerang santan dan bumbu di atas tungku kayu bakar. Ia mengaduknya perlahan. Sesekali ia berpantun dan bersenandung untuk menghilangkan penat.
Ia bilang bersenandung sambil masak masih boleh. ”Kalau berdendang tidak boleh, nanti dapat suami jelek,” seloroh Yuslimar yang telah bersuami.
Di akhir proses memasak, Yuslimar mengambil garam. Lantas ia membacakan pantun, ”Bapak Malin menantu rajo. Banyak masin sakitik baraso. Tiba di gulai itu baiko...!”
Pyuur, garam itu ia bubuhkan ke rendang belut yang masih panas menggelegak. Ia meyakini pantun yang mengiringi pemberian garam akan membuat masakannya tambah lezat.
Kami baru bisa mencicipi rendang itu selepas senja. Rasa asin, manis, pedas, dan gurih berpadu sempurna bersama aroma asap yang kuat. Aneka rasa itu juga meresap ke potongan-potongan dedaunan yang lunak. ”Makan daunnya saja sudah enak sebab rasa gurih daging belut sebenarnya telah pindah ke daun,” katanya.
Tamu VVIP
Rendang belut yang dimasak para koki Istana Silinduang Bulan itu adalah salah satu lauk pelengkap dalam jamuan makan resmi yang diadakan Kerajaan Pagaruyung. Lauk utamanya adalah rendang daging sapi/ kerbau. ”Rendang daging itu yang utama dan harus ada,” ujar Rhauda, ahli waris takhta Pagaruyung.
Lauk pelengkap lainnya adalah sambal lado, pangek ikan, gulai kuning, perkedel, jariang (jengkol) yang dimasak dengan ikan bilih, dan sambal petai-cabai hijau. ”Pejabat yang diundang makan banyak juga yang suka jariang,” kata Maiyar.