Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Lesu, Pariwisata DKI Kena Imbas

Kompas.com - 03/09/2013, 10:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat kunjungan wisatawan mancanegara pada Juli menurun 10,23 persen dibandingkan dengan Juni 2013. Ini diduga sebagai imbas dari kelesuan ekonomi global dan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Angka wisatawan mancanegara pada Juli 2013 melalui tiga pintu masuk Jakarta tercatat 195.073 orang. Sementara pada Juni 2013, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jakarta mencapai 217.309.

Jika dibandingkan dengan periode Juli 2012, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta turun 0,82 persen.

Tingkat hunian kamar hotel berbintang pada Juli 2013 juga menurun 1,98 persen, yakni dari 59,24 persen pada Juni 2013 menjadi 57,26 persen pada Juli 2013. Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta Dody Rudyanto, Senin (2/9/2013), di Jakarta, penurunan ini terkait dengan merosotnya nilai tukar sejumlah mata uang di Asia terhadap dollar AS.

”Sebagian besar wisatawan mancanegara itu berasal dari Asia, seperti China, Jepang, Malaysia, dan Singapura. Ketika mata uang rupiah melemah terhadap dollar AS, biasanya masih banyak wisatawan yang datang. Namun, karena negara mereka juga mengalami depresiasi mata uang, kunjungan wisata juga menurun,” kata Dody.

Jumlah terbesar wisatawan mancanegara yang masuk ke Jakarta masih didominasi China yang mencapai 23.473 orang disusul Jepang 18.019 orang, Malaysia 17.834 orang, Singapura 14.546 orang, Belanda 11.866 orang, Korea Selatan 10.037 orang, Amerika Serikat 7.451 orang, India 6.865 orang, Australia 6.535 orang, dan Taiwan 6.475 orang.

Ketua Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DKI Jakarta Krishnadi berpendapat senada. Menurut dia, kelesuan ekonomi global dan turunnya nilai tukar sejumlah mata uang negara asing terhadap dollar AS berimbas pada tingkat hunian hotel.

”Yang paling terasa adalah hotel bintang lima. Kalau hotel bintang dua atau tiga kemungkinan bertahan,” katanya.

Penurunan tingkat hunian hotel bintang lima ini disebabkan sebagian pengguna kamar bintang lima akan beralih ke kelas di bawahnya demi penghematan. Ada juga kunjungan bisnis dari tamu asing yang tidak jadi dilakukan oleh pucuk pimpinan, tetapi diganti level manajer sehingga penginapan juga digunakan di hotel bintang dua atau tiga.

Kelesuan tingkat hunian kamar ini, menurut Krishnadi, juga terjadi karena pada Juli juga merupakan bulan puasa bagi umat Muslim. Hal ini ikut memengaruhi kunjungan ke DKI

Tetap tumbuh

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan secara keseluruhan dalam tujuh bulan 2013, sektor pariwisata Jakarta masih tumbuh. Mengacu pada data BPS DKI Jakarta, angka wisatawan mancanegara periode Januari-Juli 2012 mencapai 1.225.225 orang, sedangkan periode yang sama tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 1.313.782 orang. Berarti ada pertumbuhan sebesar 7,23 persen. Kepala Dinas Pariwisata DKI Arie Budiman juga berkeyakinan bahwa pariwisata di DKI tetap tumbuh.

”Data BPS Juni 2013 yang saya baca dan pelajari tidak menunjukkan adanya penurunan, baik jumlah wisatawan maupun jumlah hunian hotel,” ucapnya.

Angka bulan Juni ini, lanjutnya, adalah angka puncak kunjungan wisatawan dan hunian hotel.

Menurut Arie, akumulasi kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta pada Januari-Juni 2013 ada 1.118.709 orang. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, 1.028.530 orang berarti naik dengan pertumbuhan 8,77 persen.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Kelompok kesenian ondel-ondel
Sumbangan kedatangan wisman ke Jakarta terhadap Indonesia pada Januari-Juni 2013 adalah 28,86 persen. Tingkat hunian kamar pada Juni 2013, lanjut Arie, adalah 59,24 persen atau naik 0,10 poin dari tingkat hunian hotel pada Mei 2013 sebesar 58,7 persen dan dibandingkan dengan Juni 2012 yang 58,58 persen, naik 0,66 poin.

Menurut dia, bulan puasa juga tidak berdampak besar pada kegiatan bisnis. ”Bulannya puasa, tetapi bisnisnya enggak puasa. Para pebisnis masih tetap melakukan perjalanan bisnis seperti biasanya,” kata Arie.

Menyinggung soal dampak naiknya nilai dollar AS terhadap rupiah, ia mengatakan, hal itu bergantung terhadap wisatawan lokal atau wisman. Kenaikan nilai dollar AS hanya akan membuat para wisatawan dan pebisnis lokal pindah hotel.

”Kalau awalnya menginap di hotel berbintang lima, sekarang sebagian tidur di hotel bintang empat atau bintang tiga. Bagi kalangan wisman, kenaikan nilai dollar AS terhadap rupiah justru membuat mereka mendapat tambahan value for money,” ucap Arie. (WIN/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com