Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepenggal Kisah Petualangan Effendi Soleman ke Brunei

Kompas.com - 07/09/2013, 18:53 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PELAYARAN Lintas Nusa Bali-Brunei 2013 yang dilakukan seorang diri oleh Effendi Soleman, pria berusia 62 tahun kembali dilanjutkan. Pelayaran solo lintas negara yang sempat tertunda selama kurang lebih dua bulan tersebut saat ini berlabuh di pelabuhan Tanjung Batu, Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Jumat (6/9/2013).

Inilah sepenggal kisah pelayarannya ketika berlabuh di Pemangkat. Lambaian tangan kami dari speed boat TNI AL bermesin 40 PK dari muara sungai Pemangkat disambut pula dengan lambaian tangan, menandakan jarak pandang sudah dekat untuk berkomunikasi secara visual. Awalnya tim penjemput sempat kebingungan menemukan posisinya, karena dari komunikasi terakhir menyebutkan telah melihat sebuah menara pemancar di daratan, dari tempatnya berada saat itu.

Setelah beberapa saat mengamati dan memprediksi posisinya, samar-samar terlihat, sebuah benda berwarna-warni terombang ambing di perairan pesisir utara. Semakin dekat semakin jelas, sebuah perahu dengan cadik di sebelah kiri dan kanan, mendekat ke arah kami. Perahu jukung dengan mesin penggerak 15 PK dan layar khas dari Bali, dengan haluan berbentuk kepala ikan itu kemudian mengikuti speed boat yang menggiringnya masuk ke pelabuhan nelayan tradisional di Tanjung Batu Pemangkat, yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

KOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN Perahu jukung Efendi Soleman saat memasuki pelabuhan nelayan Tanjung Batu Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (6/9/2013)
Pelayaran yang dimulai sejak 28 April 2013 dari Singaraja, Bali ini sebelumnya sempat singgah di Surabaya, Jakarta, Belitung, dan terakhir di Pontianak. "Selamat datang di Pemangkat pak Effendi," ujar seorang anggota TNI AL dari atas speed boat, yang disambut dengan senyum oleh Effendi.

"Iya nih, akhirnya bisa berlabuh di Pemangkat, sempat bingung tadi waktu mau masuk," katanya sambil mempersiapkan jangkar untuk berlabuh.

Sontak beberapa anak nelayan yang saat itu sedang berenang di sekitar pelabuhan menyambut kedatangan Effendi dan mendekati perahu jukungnya. Effendi tiba di pelabuhan Tanjung Batu Pemangkat, Jumat (6/9/2013 ) sekitar pukul 15.00 dengan kondisi cuaca saat itu sedang mendung.

Mantan wartawan senior yang hobi berpetualang di laut tersebut melanjutkan pelayarannya menuju Brunei dengan bertolak dari Pontianak pada Kamis (5/9/2013). Upacara pelepasan yang dimediasi oleh TNI AL yang juga dihadiri oleh aktivis lingkungan dari MAPALA UNTAN mengiringi pelayaran nya saat meninggalkan Kota Pontianak.

Sempat tertahan selama hampir dua bulan di Pontianak, ternyata tidak menyurutkan semangatnya. Effendi sempat mengalami gangguan kesehatan saat tiba di Pontianak, sekitar seminggu sebelum puasa.

KOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN Perahu jukung Efendi Soleman saat memasuki pelabuhan nelayan Tanjung Batu Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (6/9/2013)
Selain gangguan kesehatan, kendala lain yang sempat dihadapinya adalah masalah perizinan lintas negara, untuk melewati perairan Malaysia. Kondisi tersebut mengharuskan Effendi bolak-balik Jakarta-Pontianak mengurus perizinan, demi kelancaran napak tilas pelayaran serupa yang pernah dilakukannya seorang diri 25 tahun yang lalu, dengan melewati rute yang sama.

Bertemu Mantan Camat Paloh

Ada kisah menarik dari pelayaran Effendi Solaman kali ini. Selain untuk mengulang pelayaran serupa 25 tahun silam, dengan rute yang sama, Effendi juga menyempatkan diri bertemu dengan seorang mantan camat yang dulu pernah menjabat di Kecamatan Paloh yang berada Kabupaten Sambas, tempat dia pernah singgah waktu itu.

Ketika masih berada di Pontianak, Effendi menyempatkan diri bertemu dengan rekan-rekan dari MAPALA UNTAN, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Dari situ dia bercerita tentang pengalaman pelayaran solo 25 tahun yang lalu, yang salah satu ceritanya adalah tentang camat tersebut.

Dia pun meminta bantuan kepada Agri Aditya, salah satu anggota MAPALA UNTAN untuk melacak keberadaan mantan camat tersebut. "Saya lupa namanya, tapi saya ingat persis, saat singgah di Paloh waktu itu bertepatan dengan Idul Adha. Saya dipinjami sarung dan perlengkapan sholat olehnya, dan diajakin sholat Ied bersama," kenang Effendi.

Agri mulai mencari informasi dan melacak tentang siapa mantan camat yang dulu pernah menjabat di Paloh tersebut. Ketika mendapatkan sebuah nama, Agri kaget, ternyata mantan camat yang dicari bernama Kabul Mulyono tersebut adalah kakeknya sendiri, yang saat ini sudah pensiun dan tinggal di Singkawang.

Segera dia menghubungi Effendi dan mengabarkan berita gembira tersebut. "Saya nggak menyangka, sangat kebetulan sekali, pada saat bertanya saya langsung tanya ke Agri, eh nggak taunya kakeknya sendiri," ujar Effendi dengan wajah bahagia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com