Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Palembang, Kosmopolitan di Era Sriwijaya

Kompas.com - 28/09/2013, 17:17 WIB
GAMBARAN tentang kemaharajaan Sriwijaya begitu megah dan penuh kejayaan. Dari sebuah kerajaan yang keberadaannya dinilai ada dan tiada, Sriwijaya kini menjadi kebanggaan sejarah dan bagian dari identitas Sumatera Selatan.

Sejarah mencatat Palembang di zaman Sriwijaya adalah sebuah kota kosmopolitan. Artinya, kota internasional yang mengundang pendatang dari berbagai penjuru dunia. Begitu kosmopolitannya, konon burung beo di ibu kota Sriwijaya berceloteh beragam bahasa.

Penulis Arab, Ibn al-Fakih, membuat catatan pada tahun 902, burung multibahasa itu berceloteh Arab, Persia, China, bahkan Yunani. Bisa dibayangkan betapa masyhurnya Zabag, sebutan Sriwijaya, saat itu.

Catatan ini ditulis di disertasi sejarawan Asia Tenggara berkebangsaan Inggris, OW Wolters. Terjemahannya, ”Kemaharajaan Maritim Sriwijaya dan Perniagaan Dunia Abad III-VII”. Di disertasi itu, Wolters mengatakan, orang-orang asing berdatangan ke ibu kota Sriwijaya sepanjang tahun. Kemasyhuran Sriwijaya diakui kekaisaran Tiongkok yang menyebut penguasa Sriwijaya sebagai raja yang dipertuan Sriwijaya, raja tertinggi dari semua raja di muka bumi.

Tanda-tanda keberadaan kerajaan besar baru ditemukan tahun 1918. Sebelumnya, Sriwijaya tak dikenal. Keberadaannya, ibarat Atlantis, yaitu ada dan tiada. Hanya kabar kalau pernah ada kerajaan besar menguasai jalur perdagangan dunia di Selat Malaka.

Sejarawan Asia Tenggara, Coedes, pertama membuktikan keberadaan kerajaan besar dan mengenalkan nama Sriwijaya. Ia pelajari prasasti dan naskah-naskah kuno. Hingga kini, bukti fisik keberadaan Sriwijaya sangat minim. Diduga, Sriwijaya membangun kota di atas air menggunakan kayu dan bambu yang rapuh sehingga hilang dimakan waktu. Kerajaan itu juga minim mencatat sejarahnya. Sejarah Sriwijaya lebih banyak disusun dari catatan tua penjelajah China dan Arab serta prasasti kuno.

Beberapa bukti fisik yang tersisa mengungkapkan jejak kekosmopolitan Palembang di masa lalu. Ekspedisi Sriwijaya oleh Balai Arkeologi Palembang tahun 2009 menemukan tanggul kayu sisa kompleks permukiman kuno, manik-manik dari India, serta keramik China.

Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, temuan itu mengindikasikan banyak kompleks permukiman warga asing di sepanjang Musi. ”Sriwijaya menampung banyak warga asing,” ujarnya.

Peneliti sejarah JJ Rizal menambahkan, gambaran Palembang di era Sriwijaya begitu luar biasa. Ibu kota Sriwijaya bisa disetarakan dengan kota-kota internasional. Sebutlah, Singapura atau Hongkong di zaman sekarang. ”Bayangkan zaman dulu di Palembang sudah tersedia akomodasi bagi ribuan tamu asing. Ini berlangsung setidaknya 500 tahun,” ujarnya.
Pendidikan

Di masa keemasan pada abad VII-XI, kekosmopolitan ibu kota Sriwijaya didukung perdagangan dan pendidikan. Selama 500 tahun, Sriwijaya menguasai jalur perdagangan internasional di Asia Tenggara. Pelabuhan perdagangan internasional dari Selat Malaka hingga dermaga di Jawa Barat dikuasainya.

Reynold Sumayku/NGI Pengarungan Sungai Musi, urat nadi peradaban sejak masa Sriwijaya.
Armada laut Sriwijaya juga ditempatkan di jalur-jalur pelayaran. Mereka mengawasi, memungut cukai, dan melindungi kapal-kapal pedagang di wilayah kekuasaannya. Kemakmuran Sriwijaya datang dari cukai dan perdagangan. Selama itu pula, Sriwijaya jadi pusat perdagangan berbagai komoditas, seperti getah gaharu, kapur barus, hingga lada kemukus.

Di bidang pendidikan, nama ibu kota Sriwijaya pun begitu masyhur. Palembang diyakini sebagai tempat berdirinya salah satu perguruan tinggi tertua di Asia Tenggara. Konon, sekitar 1.000 siswa belajar agama Buddha di Sriwijaya sebelum ke universitas kuno di India. Sejumlah ahli memperkirakan lokasinya sekarang bernama Bukit Siguntang tempat penemuan arca Buddha dari batu granit setinggi 2,77 meter dan sisa stupa.

Kini, Kota Palembang masih menjadi kota metropolitan. Pembangunan pesat dan geliat perdagangan masih sangat terasa. (Irene Sarwindaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com