Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang, Jejak "Little Netherland"

Kompas.com - 03/10/2013, 10:53 WIB
DATANG ke Semarang, Jawa Tengah, tanpa berkeliling kota tua ibarat makan sayur tanpa garam. Kawasan berisi gedung-gedung dan tata kota bergaya Eropa ini adalah pusat bisnis zaman kolonial.

Begitu miripnya kawasan ini dengan sepotong wilayah suatu kota di Belanda membuat Semarang dijuluki ”Little Netherland” alias Belanda Kecil. Namun, kota metropolitan yang berjaya berkat perdagangan gula dan hasil bumi pada abad ke-18 itu kini tampak kusam dan kumuh.

Kami berkeliling kota tua, menyaksikan gedung Marabunta berhias dua semut merah raksasa di atap, kantor pos, gedung asuransi Jiwasraya, sampai Gereja Blenduk. Sebagian gedung tampak terawat, tetapi tak sedikit yang terbengkalai. Atap satu gedung besar di dekat Pasar Johar dilekati akar pohon beringin yang menjuntai ke bawah.

Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, Semarang adalah titik awal jaringan kereta api di Pulau Jawa sekitar 150 tahun lalu. Belanda membangun jalur kereta api Semarang-Temanggung sejauh 25 kilometer selama tiga tahun. Itulah jaringan pertama di Pulau Jawa yang disusul Stasiun Tawang.

”Dulu kereta api hanya mengangkut barang dan tentara karena itu lebih menguntungkan ketimbang mengangkut penumpang. Jalur kereta api di pantai utara Jawa kemudian berkembang dan pasti masuk ke pabrik-pabrik gula, komoditas ekspor utama saat itu,” kata Djoko.

Gula pun menjadi magnet saudagar Eropa, China, India, dan domestik untuk melayarkan kapal mereka melintasi Kali Semarang untuk berdagang. John Joseph Stockdale dalam buku Island of Java berkisah, kapal-kapal itu berlayar dari Laut Jawa ke Sebandaran, pecinan, Semarang, melalui Kali Semarang yang membelah kota.

Di sekitar sungai itu terletak rumah dinas gubernur yang disebut Vryheid serta gedung-gedung besar lainnya. Permukiman orang Jawa, China, dan Bugis juga berada di sekitar kali itu. Kita bisa menemukan Kampung Arab, Kampung Melayu, serta Pecinan yang dulu berlokasi tak jauh dari pusat kota.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Pasangan turis dari Belanda memanfaatkan waktu singgah kapal pesiar yang membawa mereka dengan berjalan-jalan di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/1/2012).
Sekitar satu kilometer dari pelabuhan masih tegak Pasar Johar yang dibangun tahun 1884 oleh arsitek Belanda Thomas Karsten. Tiang-tiang pasar yang seperti cendawan itu kini tertutup para pedagang kaki lima dan bangunan-bangunan baru yang cenderung ”tidak nyambung” sehingga pasar itu tampak makin semrawut.

Di wilayah Little Netherland, para penguasa Belanda bermukim. Tata kota di wilayah seluas 31 hektar itu sama seperti kota-kota di Eropa. Kawasan itu dipenuhi gedung perkantoran dan pemerintahan, pusat dagang, bank, gereja, stasiun, gedung pertemuan atau societeit, hingga rumah-rumah bergaya Eropa.

Namun, sebenarnya orang Tionghoa sudah menapakkan kaki di Semarang jauh sebelum Belanda. Liem Thian Joe dalam bukunya Riwayat Semarang menyebutkan, orang Tionghoa sudah ada di Semarang sejak 1416. Mereka menjual barang-barang dari Tiongkok, seperti kain sutra, keramik atau tembikar, dan porselin.

Jejak Tionghoa

Pada 9 Juni 1702, Semarang—nama ini berasal dari kata asam-arang karena banyaknya pohon asam yang berdaun jarang (Jawa: arang)—menjadi ibu kota daerah Mataram.

Orang-orang Tionghoa saat itu banyak yang menjadi bandar dan memiliki tempat penggilingan gula. Gula ini banyak disukai dan kemudian dikirim ke banyak penjuru negeri.

Kelenteng Sam Poo Kong di Gedong Batu menjadi bukti keberadaan orang-orang Tionghoa di sana. Dari Gedong Batu, orang-orang Tionghoa berpindah ke wilayah Kranggan yang hingga kini menjadi kawasan pecinan sekitar tahun 1628. Di kawasan itu masih tampak deretan toko emas dan toko kain.

Arsitek Andy Siswanto mengatakan, dulu ada kota tua, pecinan, dan Kampong Melayu, yang kini sebagian sudah berubah akibat terlambat ditangani. Manajemen tata kelola yang tidak efektif serta anggapan bahwa peninggalan Belanda tidak berharga membuat kota tua Semarang tak terawat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com