Berkejaran dengan waktu, Jumat (23/8/2013) sore itu, Haji Said (45) dan ibunya, Hajjah Rasmani (60), bergerak cepat ”mengaduk-aduk” puluhan kandang bebek di Desa Kramat, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Madura. Mereka masuk ke gang-gang, ”merazia” bebek-bebek siap potong.
Kabar keberadaan bebek siap potong di desa itu didapat Haji Said dari para pedagang pasar yang menjadi ”telik sandi” bisnis bebeknya. Ia telah melakoni usaha jual-beli bebek di seluruh pelosok Madura sejak tahun 1983, dan punya banyak pintu informasi soal keberadaan bebek-bebek yang diburunya.
Namun, bukan berarti ”perburuan” menjadi mudah. Sebelumnya, Haji Said dan Hajjah Rasmani telah menyisir seluruh bebek potong dari desa lain di Palengaan dengan hasil ”tangkapan” yang tak memuaskan. Maka, ”razia bebek” pun mereka lanjutkan di Desa Kramat.
Sejak Jembatan Suramadu beroperasi pada tahun 2009, bisnis warung dan rumah makan bebek di Bangkalan diserbu para pelancong kuliner yang melulu mencari bebek madura. Warung dan rumah makan bebek terus bermunculan. Kebutuhan bebek pun melonjak. Para pengepul seperti Haji Said saling berlomba ”merazia” bebek siap potong, ”barang panas” yang kian jarang mampir ke pasar. Tak jarang, Haji Said dan Hajjah Rasmani yang orang Tanahmerah, Bangkalan, berburu bebek hingga ke Kalianget, Sumenep.
Sore itu, mobil pikap tua Haji Said baru terisi sekitar 400 ekor bebek. Hajjah Rasmani tersenyum ketika seorang warga Desa Kramat muncul dari salah satu gang membawa ”seikat” bebek. Enam ekor bebek itu segera menjejali ratusan kawanannya di bak belakang mobil. Perburuan bebek siap potong di Desa Kramat harus usai karena hari kian sore. ”Padahal, kemarin kami bisa mengumpulkan 800 bebek siap potong,” kata Haji Said tertawa.
Jemput bola
Makin banyaknya para pemasok bebek keluar kampung di pelosok-pelosok Madura juga membuat permintaan bebek anakan melonjak. Mojosari, salah satu sentra peternakan bebek terbesar di Mojokerto, Jawa Timur, menjadi salah satu sumber bebek anakan atau day old duck (DOD) yang diburu peternak bebek di Madura.
Nasib Budiono (42), salah satu penetas DOD terbesar di Dusun Gedang, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, menuturkan, pertumbuhan permintaan bebek di Madura terus tinggi. ”Kalau dari sisi jumlah, permintaan bebek di Surabaya masih jauh lebih besar daripada permintaan bebek di Bangkalan. Namun, pasar di Bangkalan terus berkembang dengan pesat,” kata Nasib.
Sebelum adanya Jembatan Suramadu, Nasib kerap mengirim DOD ke sejumlah peternak langganannya ke Madura. ”Sekarang, saya tak sempat lagi mengirim DOD ke Madura. Bagaimana saya mau mengirim kalau para peternak dari Madura tiba-tiba sudah sampai di depan rumah saya, dan memborong berapa pun DOD yang tersedia,” kata Nasib.
Setiap hari ada lima sampai tujuh peternak bebek asal Madura yang mendatangi peternakan Nasib untuk membeli sekitar 500 DOD. Mereka bukan hanya para peternak yang dahulu dikirimi DOD oleh Nasib. ”Sekarang ada banyak peternak baru yang juga memilih jemput bola, membeli dan mengangkut sendiri DOD yang akan mereka pelihara.”
Terus tumbuh
Persaingan bisnis kuliner bebek di Bangkalan semakin lama kian seru dan panas karena semakin banyak pemain bertarung. Meski telah ada lebih dari 50 warung dan rumah makan yang menawarkan menu bebek, pemain baru selalu muncul. Salah satunya adalah Rumah Makan Maduresse di Jalan Ketengan, Bangkalan, yang mulai beroperasi akhir Agustus lalu.