Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Pekalongan, Menggelar Karnaval, Mengusung Jlamprang

Kompas.com - 31/10/2013, 14:25 WIB
PEKALONGAN, KOMPAS - Batik aneka model dan aksesorinya mewarnai kawasan Alun-alun Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (5/10/2013) sore. Anak-anak, remaja, hingga orang-orang dewasa mengenakan kostum batik tersebut dalam Festival Pekalongan Kostum Batik Karnaval.

Festival itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam acara Pekan Batik Internasional di Pekalongan yang diselenggarakan oleh Pemkot Pekalongan pada 2-6 Oktober 2013. Kegiatan lainnya antara lain pameran batik di kompleks Gedung Olahraga Jetayu, Kota Pekalongan.

Paling tidak ada 300 peserta dalam karnaval yang menempuh rute sekitar 4 kilometer tersebut. Karnaval dimulai dari kawasan Alun-alun Kota Pekalongan hingga lapangan Jetayu.

Para peserta mengenakan batik dengan dominasi motif jlamprang, sesuai dengan tema karnaval ”Pesona Batik Jlamprang”. Selain peserta dengan kostum batik, juga terdapat peserta kelompok marching band, kelompok kesenian tradisional, dan kelompok egrang.

Jlamprang merupakan motif kuno khas Pekalongan yang dalam 10 tahun terakhir kembali dihidupkan dan dikembangkan.

Motif jlamprang berbentuk diagonal, menyerupai mata angin, dan simetris satu sama lain. Motif ini bisa berbentuk bulat maupun kotak. Bentuk yang simetris tersebut menyimbolkan hubungan yang selaras antara manusia dan alam, dan manusia dengan Tuhan. Selain motif jlamprang, motif khas kuno Pekalongan yang saat ini kembali dikembangkan adalah motif buketan.

Motif jlamprang diperkirakan masuk ke Pekalongan sekitar abad XVIII. Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Pekalongan, Balqis Diab, awalnya batik yang berkembang di Pekalongan dipengaruhi budaya Eropa dan China. Motif-motif batik yang dihasilkan merupakan motif makhluk hidup, seperti motif burung dan tanaman.

Saat Islam masuk ke Pekalongan, sekitar abad XVIII, motif makhluk hidup tidak diperbolehkan. Karena itu, dibuatlah motif jlamprang yang dipengaruhi budaya Arab dan China.

KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR Ilustrasi: Antropolog dari Belanda, Sandra Niessen, bersama Kepala Museum Batik Pekalongan Tanti Lusiani membentangkan batik dengan motif khas Pekalongan, Senin (1/10/2012). Batik ini adalah salah satu koleksi batik dari Stephanie Belfrage (Australia), yang diserahkan Sandra untuk Museum Batik Pekalongan, Jateng.
Koordinator Festival Pekalongan Kostum Batik Karnaval, Doyo Budi Wibowo, menuturkan, para peserta membuat sendiri kostum yang mereka kenakan, sesuai tema. ”Kami menekankan originalitas untuk membangkitkan kreativitas masyarakat Kota Pekalongan,” ujarnya.

Bahan batik yang digunakan harus batik tulis atau batik cap, tidak boleh kain printing motif jlamprang maupun kain sablon. Meskipun demikian, masih juga ditemukan peserta yang menggunakan kain printing motif batik sebagai bahan kostum mereka. Ada juga peserta yang belum memperhatikan tema sehingga kostum mereka kurang sesuai dengan tema karnaval.

”Apresiasi jlamprang masih ada yang keliru,” kata Oot, salah seorang juri karnaval. (wie)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com