Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertawan Pesona Gerabah Banyumulek

Kompas.com - 09/11/2013, 13:56 WIB
NAMA Banyumulek, meresapkan kesan istimewa bagi pencinta benda kerajinan, yang seolah tak pernah henti tertawan pesona gerabah yang berasal dari tanah biasa, namun bermetamorfosa menjadi karya seni yang luar biasa.

Menjejakkan kaki di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menampilkan keseharian mayoritas penduduk setempat yang hari-harinya bergelut dan menggantungkan penghidupan pada gerabah.

Sebagian halaman depan rumah penduduk, diubah menjadi art shop sederhana, untuk memajang gerabah dengan beragam bentuk, ukuran dan motif etnik, yang mencerminkan kebersahajaan budaya lokal yang sarat makna.

Elvira Maya, wisatawan dari Sidoarjo, Jawa Timur, mengemukakan, baru pertama kali berkunjung ke Banyumulek, tapi merasa sangat tertarik melihat-lihat berbagai gerabah unik yang dijajakan penduduk.

Menurut Elvira, menyusuri jalanan Desa Banyumulek meninggalkan kesan berarti karena ia bisa menyaksikan langsung proses pembuatan gerabah Lombok, sekaligus diperkenankan untuk belajar membuatnya.

"Belajar membuat gerabah itu tidak mudah, harus telaten. Tapi melihat hasil akhirnya, bisa membuat guci kecil, rasanya menyenangkan sekali," katanya.

Demi belajar membuat gerabah, jelas Elvira, dia rela bergelut dengan tanah liat, sampai berpeluh keringat, bermandi tanah liat, sampai-sampai salah seorang penduduk yang mengajari menyebutnya tengah mandi gerabah.

"Mungkin harus ada penataan ruang pajang yang lebih rapih, sehingga nama Banyumulek sebagai sentra gerabah kian melejit, makin membuat betah pengunjung yang datang," Elvira menguraikan bersemangat.

Sementara, H Nurhalimah, salah satu pemilik usaha gerabah di Banyumulek menyatakan memulai kegiatan sejak 20 tahun yang lalu, ketika bisnis barang kerajinan di daerah itu mulai menggeliat.

"Orang tua saya yang merintis usaha ini dan memproduksi barang-barang yang masih sederhana, seperti kuali atau gentong, sesuai apa yang dibutuhkan masyarakat," tutur perempuan ini.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Para pemenang kompetisi foto Explore Indonesia yang diadakan Burufly.com saat berada di Desa Banyumulek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (1/7/2013).
Dia meneruskan, ketika orang tuanya semakin bertambah usia, akhirnya mengundurkan diri dari usaha. Sebagai gantinya, H Nurhalimah ditunjuk sebagai pengganti penerus usaha gerabah agar tetap berjalan.

Demi kepuasan pengunjung, ia sengaja memperbanyak variasi bentuk gerabah yang diproduksinya. Kalau dulu sebatas barang untuk keperluan dapur, kini dia berkreasi membuat teko, asbak, wadah buah, tempat lilin, hiasan dinding dan bentuk lainnya sesuai pesanan pembeli.

Belakangan ini, kata H Nurhalimah, gerabah yang banyak diminati adalah satu set tempat minum tradisional, yang terdiri dari teko dan beberapa gelas minumnya yang terlihat klasik ala masa lampau. "Harga satu set tempat minum itu antara Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu, tergantung ukurannya," ujarnya.

Gunung Sasak

Bahan baku pembuatan gerabah, menurut H Nurhalimah, tidak sulit untuk didapatkan. Bahan baku itu tinggal dipesan pada penduduk lain yang memang pekerjaannya mencari dan menjual tanah untuk pembuatan gerabah.

Halaman:
Baca tentang
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com