Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuda Renggong, Kesenian Khas Sumedang

Kompas.com - 18/11/2013, 07:49 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

SUMEDANG, KOMPAS.com — Puluhan pasang mata warga Kampung Ciluluk, Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, menatap seorang pria yang sedang menggiring seekor kuda jantan dengan riasan nyentrik ke tengah kerumunan. Tak beberapa lama alunan tembang Sunda berjudul Kembang Gadung mengawali atraksi seni kuda renggong.

Kuda dengan riasan meriah tersebut kemudian berjingkrak-jingkrak mengikuti alunan nada priangan. Sambil digiring pada tali kekangnya, hewan perlambang kejantanan itu seolah menari, berjalan, dan menunjukkan kemolekan riasan di tubuhnya kepada para penonton dengan hanya berdiri di atas dua kaki belakang.

Tembang kedua dimainkan, rombongan grup pemain musik Tanji khas Sumedang yang membawa alat-alat musik bedug, tambur, gong, ketuk, ketrek, dan toa membawakan tembang berjudul Kuda Sumedang. Atraksi kuda renggong pun menjadi lebih berbahaya.

Pria berperawakan kekar yang sedari pertama kali menemani si kuda mulai beraksi. Adegan-adegan berbahaya dilakukan tanpa takut terluka. Atraksi pertama pria tersebut adalah menaikkan kaki depan kuda ke atas pundaknya. Busa lendir berwarna merah yang keluar dari mulut kuda menetes ke tubuh pria tersebut. Bak mainan, kaki si kuda kemudian diangkat ke atas kepalanya sambil berdiri. Sesekali pula, tubuh pria tersebut terbaring di bawah kaki kuda tanpa takut terinjak atau tersepak kaki kuda.

Atraksi terus berlanjut, entah apa yang dibisikkan sang empunya hingga kuda tersebut menuruti segala perintahnya. Dijentikkan jari pria tersebut sambil menunjuk ke arah kaki kuda. Tiba-tiba saja kuda bermahkota itu roboh di atas aspal. Disebutlah atraksi ini sebagai penutup kesenian "kuda renggong".

Tembang Sunda berjudul Pileuleuyan terus mengalun saat satu per satu penonton dan warga diminta menari jaipong di atas tubuh kuda yang tengah terbaring di atas aspal. Sesekali, warga  mencoba memberikan uang saweran kepada pria tersebut.

Entah berapa banyak orang yang mencoba menari di atas kuda tersebut. Bak terhipnotis, kuda itu diam saja tanpa ada respons tidak nyaman. "Kesenian ini biasanya untuk menyambut anak sunatan atau nikahan," kata ketua Rawit grup Kuda Renggong Totong (41) saat ditemui Kompas.com di sela-sela acara sunatan massal menyambut hari Asyura di Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (16/11/2013).

Menurut Totong, kesenian kuda renggong merupakan kesenian turun-temurun dari nenek moyang orang asli Sumedang yang perlu dilestarikan. Tidak ada jampi-jampi ataupun hal-hal berbau gaib pada kesenian "buhun" Sumedang ini. Semuanya murni hasil latihan si empunya kuda. "Ini hanya hasil latihan murni. Kalau ditekuni setiap hari latihan, paling hanya 3 bulan sudah bisa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com