Hanya membutuhkan waktu kurang dari 50 menit, kami pun tiba di stasiun yang merupakan pintu masuk utama bagi pelancong yang hendak mengunjungi sirkuit Balap Internasional Suzuka.
Selanjutnya pelancong harus memilih salah satu dari dua transportasi publik yang bisa digunakan menuju sikuit, bus atau taksi. Taksi menjadi pilihan kami kali ini.
Seorang pria tua yang mengenakan jas hitam melayani kami sebagai sopir. Lagi-lagi, meski dia bersikap ramah, namun kami tak bisa banyak bertanya, karena dia tak bisa berbahasa Inggris.
Bahkan, saat mobil kami tertinggal dari dua taksi lain di depan, sopir ini berupaya bertanya dengan bahasa Jepang. Sepertinya, dia berupaya memastikan ke mana tujuan kami.
Saat kami tiba di gerbang Hotel Suzuka Circuit, argo di dalam taksi menunjukkan angka 2.600 yen. Nah, kini baru terasa bahwa Jepang memang mahal. Untuk 15 menit perjalanan dengan taksi, kami harus membayar hampir Rp 300 ribu. Wah!
Ramah Anak
Tak berapa lama setelah "check in" di hotel ini, kami langsung menyadari betapa lokasi adu cepat kuda besi taraf internasional ini dirancang ramah bagi anak-anak.
Hotel Suzuka Circuit yang terdiri dari dua bangunan terpisah, salah satunya khusus didedikasikan bagi anak-anak. Pilihan warna pastel dipadu dengan ornamen balap khas anak-anak mendominasi hiasan di "family room" yang berdiri di sisi barat sirkuit.
Kesan itu semakin tak terbantah, saat mendapati bahwa di dalam areal sirkuit itu ada puluhan wahana permainan anak di lahan yang sangat luas. Bahkan lebih luas dari lahan Dunia Fantasi di Jakarta.
Di dalam arena permainan ini pun berjajar berbagai toko cenderamata, termasuk toko boneka dan makanan kecil, serta resto-resto yang kursinya berjajar rapi di luar ruang.
Bukan hanya itu, selain ada bangunan khusus untuk ibu menyusui, di setiap toilet di kawasan sirkuit ini juga disediakan fasilitas sanitary bagi anak. Mulai dari wastafel yang dipasang rendah, kloset mini, hingga urinoir kecil. Semuanya dipasang dengan tambahan dekorasi berupa warna dan gambar anak-anak, satu ruangan dengan toilet dewasa.
Tak heran, jika di saat agenda balap sedang kosong seperti saat ini, banyak rombongan anak sekolah yang menjadikan lokasi ini sebagai tujuan fieldtrip. Tak cuma mengenal apa dan bagaimana sirkuit balap, murid-murid setingkat sekolah dasar itu pun bergembira menikmati berbagai sarana rekreasi yang kental dengan rasa "balap".
Regenerasi
Kesan yang tertanam di hati saya saat melihat seluruh pemandangan ini adalah, betapa Jepang menaruh perhatian yang besar atas regenerasi pebalap. Semangat itu disampaikan dengan cara yang sangat lembut sesuai jiwa anak-anak. Mereka mengenalkan balap lewat wahana permainan, dan mengakrabkan anak dengan sirkuit.
Pada bagian akhir film ini, terlihat si pebalap turun dari mobilnya. Dia lalu berjalan ke arah penonton, dan melepaskan sarung tangannya. Bersamaan dengan itu, muncul anak kecil yang datang mendekat. Si pebalap lalu menyerahkan sarung tangan itu sambil membungkukkan badan. Sebuah spirit regenerasi yang terpapar jernih di Sirkuit Suzuka, Jepang. (Bersambung...)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.