Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Nyaman di Bandara Soekarno-Hatta

Kompas.com - 31/12/2013, 08:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepada majalah Angkasa, Senior General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bram Baroto Tjiptadi memberi imbauan kepada para penumpang yang akan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta. Dengan melakukan hal-hal ini, penumpang bisa lebih nyaman terbang. Berikut tipsnya:

1. Prediksikan waktu berangkat ke bandara lebih leluasa, jangan mepet.

2. Tiba di terminal, sebaiknya penumpang hanya diantar di depan terminal. Sekarang ini sudah banyak pejabat yang tak perlu lagi diantar sampai ke dalam terminal.

3. Gunakan troli jika barang bawan banyak. Nanti, troli akan disediakan tanpa porter, seperti di Terminal 3. Proses ini dilakukan bertahap dan akan dilakukan setelah proses revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2 selesai.

4. Masuk ke terminal, penumpang akan diperiksa oleh petugas SCP (security check point) 1. Siapkan tiket dan KTP atau identitas resmi lain. Terhambat di sini menjadikan antrean makin panjang.

5. Penumpang dan bawaannya akan diperiksa  melalui X-ray dan metal detector. Barang-barang yang besar dan berat sebaiknya dimasukkan bagasi, bukan kabin pesawat. Ke depan, lokasi pemeriksaan ini akan dimajukan agar lebih leluasa. Kemudian area jalan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di depan terminal rencananya akan dijadikan taman.

6. Masuk ke area check-in, usahakan tak mepet waktu. Pada jam-jam sibuk, antrean di SCP 1 sampai ke check-in  bisa memakan waktu 30 menit sampai satu jam.

7. Sebelum masuk ke boarding lounge, penumpang antre lagi untuk membayar PSC (passenger service charge). Beda dengan penumpang Garuda Indonesia yang sudah memasukkan PSC ke dalam harga tiket, sehingga tak perlu antre di sini. Konter ini jika dihilangkan akan menambah luas area menuju ruang tunggu. Penumpang yang tiba lebih awal dari waktu tunggu bisa dimanjakan dan berekreasi melihat-lihat pertokoan dan sajian menarik lainnya.

"Ini akan menuju world class airport," kata Bram. Untuk mewujudkannya, masterplan sudah dibuat. "Nanti antarterminal akan terkoneksi dengan commuter line," ungkapnya. Lorong Terminal 1 akan ditutup kaca semua untuk menghilangkan "budaya merokok" yang sampai saat ini sulit dihilangkan.

Di Terminal 2 pun segera dibangun ruang untuk first class-nya penumpang Garuda. Pembangunan taxiway akan dipercepat untuk mengantisipasi percepatan penerbangan. "Penumpang boarding tepat waktu, tapi setelah masuk pesawat dan mau terbang, tak tepat waktu karena harus menunggu lama," ujarnya.

Untuk mengatasi adanya calo, Bram mengusulkan agar airlines tidak menjual tiket di bandara. Namun hal ini masih tanda tanya besar karena maskapai penerbangan belum tentu setuju. Begitu pula dengan penggantian tipe pesawat menjadi yang lebih besar untuk rute-rute gemuk dengan banyak frekuensi, seperti ke Surabaya dan Denpasar.

Sebenarnya, lanjut Bram, kalau petugas bandara, airlines, ground handling, memberi pelayanan yang ramah, otomatis orang-orang yang melanggar itu akan hilang. Harapannya, tidk ada lagi taksi gelap, pedagang asongan dan calo di bandara.

Bagaimana dengan aksi penumpang yang sekarang ini cenderung anarkis jika penerbangan tertunda atau dibatalkan? Pihak bandara sudah membentuk response team. Tim ini akan merespons yang terjadi di lapangan terutama kalau ada delay.

"Biasanya penumpang mencecar petugas. Karena ketakutan, petugas sembunyi. Makanya kalau ada delay, duty manager dari maskapai bisa melaporkan kondisinya ke polisi setempat atau Kasospol. Lihat indikasinya. Jika delay makin lama, laporan bisa sampai ke tingkat yang paling atas," tuturnya.

Menurut Bram, yang dibutuhkan penumpang adalah informasi dan komunikasi. Penumpang ingin mendapatkan informasi yang jelas. Petugas pun harus berani menyampaikan penjelasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com