Pelataran sebuah gudang besar di North Aspan Avenue, Azusa, masih basah oleh sisa malam California. Pekik tawa bocah-bocah yang berlarian di sela-sela bertumpuk-tumpuk bunga lebih menghidupkan suasana ketimbang matahari yang seperti malas menguapkan dinginnya malam.
Keriuhan samar di dalam gudang kerja lebih hidup lagi. Lima kendaraan bunga menyesaki gudang yang seukuran 1,5 lapangan basket. Kendaraan itu dirubung ratusan orang yang sibuk menempelkan aneka bunga. Senin itu, 30 Desember, adalah ”hari gawat” bagi setiap kendaraan bunga yang akan mengikuti parade bunga atau Rose Parade Pasadena pada 1 Januari.
”Ini adalah hari terakhir menghiasi kendaraan. Hari ketika kami harus menempelkan semua kuntum bunga segar sebelum para juri Turnamen Bunga Pasadena menilai kendaraan bunga ini pada Selasa pagi,” kata Scott Dadson (47) yang ”terjepit” di sela-sela penyu belimbing raksasa di ”Wonderful Indonesia”, nama kendaraan bunga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Dengan cermat ia menyematkan kacang putih di sepanjang garis mulut penyu belimbing yang wajahnya sudah begitu hidup dan apik oleh ratusan butir kacang coklat yang lebih dulu disematkan Dadson.
”Saya seorang pendeta,” katanya sambil tertawa ketika ditanya berapa lama dia bekerja sebagai penghias kendaraan bunga. Dia baru saja selesai melayani umat merayakan Natal di Covina, permukiman yang berjarak sekitar 7 kilometer dari gudang kerja Artistic Entertainment Services (AES).
Membayangkan Indonesia
Dadson belum pernah ke Indonesia dan belum pernah melihat penyu belimbing. Begitu pula kebanyakan anak belasan tahun yang membantunya menghias penampang kendaraan bunga ”Wonderful Indonesia” itu. Mereka pun tak pernah memilih untuk menghias ”Wonderful Indonesia” karena penempatan sukarelawan diacak oleh panitia Turnamen Bunga Pasadena.
Begitu tahu harus menggarap ”Wonderful Indonesia, Dadson pun menjelajah mesin pencari Google dan mengumpulkan foto berbagai binatang dan terumbu karang untuk kendaraan bunga.
”Ini kendaraan bunga yang luar biasa, saya bisa membayangkan indahnya Indonesia,” kata Dadson memandang garapannya.
”Memang indah, saya pernah ke Indonesia,” kata Vishal Tandon (16), pelajar Centennial High School di Compton yang sedang bertugas menyuplai segala macam rajangan kelopak bunga, sayur, dan parutan kelapa untuk menghias ”Wonderful Indonesia”.
Seperti Dadson, Tandon tak memilih untuk menghias ”Wonderful Indonesia”. Ia begitu girang menjadi satu dari sedikit pelajar di kelompoknya yang tahu di mana Indonesia.
Joan, teman baru Tandon, yang sedang menaburkan oat coklat muda ke hamparan lem di dinding ”Wonderful Indonesia”, menyimak cerita Tandon. ”Jakarta memang macet, tetapi tempat belanja yang menyenangkan,” kata Tandon tertawa.