Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersesat di Bandung...

Kompas.com - 30/01/2014, 13:23 WIB
"Bandung dilingkung ku gunung". Itu sebutan paling sesuai bagi Kota Bandung yang berarti kota ini dikelilingi oleh pegunungan, seperti Manglayang, Tangkubanparahu, Burangrang, dan Wayang. Wajar saja, obyek wisata dengan panorama pegunungan banyak ditemui di kota ini.

Di sebelah selatan ada beberapa daerah yang menjadi langganan para wisatawan, seperti Kawah Putih Ciwidey yang masuk wilayah Kabupaten Bandung, berjarak 50 kilometer dari pusat kota. Kawah vulkanik berisi belerang terisi air membentuk danau dengan dasar putih. Dari sana muncul nama obyek wisata tersebut.

Tidak jauh juga terdapat Kolam Air Panas Walini dan Cimanggu serta Situ Patengan yang luasnya mencapai 45 hektar. Kawasan wisata yang masuk dalam areal perkebunan teh itu rutin dipadati pengunjung setiap hari libur.

Di sebelah utara terdapat daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dengan primadona wisata seperti Kawah Tangkubanparahu. Kawah dari gunung berapi yang masih aktif ini menjadi langganan wisatawan mancanegara. Pemandian air panas Ciater juga terletak tidak jauh dari situ.

Sejarah panjang sebagai kota peristirahatan pada era kolonial juga membuat Kota Bandung memiliki serangkaian bangunan cagar budaya yang masih tersisa. Salah satu kawasan yang masih terjaga ada di daerah Braga dengan pusat Gedung Merdeka yang berfungsi sebagai Museum Konferensi Asia Afrika yang digelar tahun 1955, berseberangan dengan Hotel Savoy Homann. Museum Geologi dengan koleksi kebumian juga dapat menjadi alternatif wisata pendidikan bagi anak-anak.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/3/2011). Gedung ini pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955. Sekarang gedung ini dimanfaatkan sebagai museum yang memajang catatan sejarah mengenai KTT Asia-Afrika berupa foto hingga koleksi benda.
Kota Bandung dalam 10 tahun terakhir telah mengembangkan sektor jasa dan komersial sehingga menjadi surga bagi wisatawan yang gemar belanja ataupun mencicipi makanan. Produk garmen, seperti kaus dan celana jins, tersebar di daerah Cihampelas dan Dago. Persaingan yang ketat di antara pengusaha makanan menghasilkan produk yang kreatif dan mengundang penasaran.

Kerajinan juga bermunculan dari kota ini, seperti Cibaduyut dengan sepatu kulit ataupun Binong dengan rajutan. Kaus konveksi banyak ditemui di daerah Suci.

Bukan perkara yang sulit untuk mencapai Bandung, dari Jakarta dapat memanfaatkan jalur darat yang tersambung Tol Purbaleunyi. Begitu pula jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta-Bandung, dengan kota yang dilalui jalur selatan seperti Yogyakarta. Bandara Husein Sastranegara juga melayani rute penerbangan domestik dan internasional, seperti Malaysia dan Singapura. Tak heran kalau wisatawan Malaysia mudah ditemui sedang memilih baju di sejumlah factory outlet (FO).

Rumit

Terlepas dengan segala yang dimiliki, Bandung dapat menjadi tempat yang membingungkan bagi sebagian orang. Kota ini nyaris lumpuh disergap kemacetan oleh para wisatawan setiap akhir pekan. Selain arus wisatawan yang berkeliling Kota Bandung untuk berbelanja, jalur menuju tempat wisata juga padat oleh kendaraan.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Kawah Ratu Gunung Tangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/01/2012).
Jalanan di Kota Bandung dikenal rumit karena pendek, berliku, dan banyak yang satu arah. Pada hari tertentu, kepolisian kerap mengalihkan arus lalu lintas. Rekayasa lalu lintas lainnya adalah pemberlakuan 4 in 1 di sepanjang Jalan Djunjunan atau dikenal dengan Jalan Pasteur setiap akhir pekan sehingga kendaraan dengan jumlah penumpang tiga atau kurang harus mencari jalan alternatif.

Perlu diingat bahwa pintu masuk menuju Bandung tidak hanya di Gerbang Tol Pasteur. Ada lima gerbang tol lain yang bisa dimanfaatkan, yakni di Baros yang ada di Kota Cimahi, Pasir Koja, M Toha, Buah Batu, dan Cileunyi.

Wisatawan harus menyiapkan perencanaan bila tidak ingin waktu terbuang sia-sia di jalan, seperti menentukan dari awal tujuan wisata mereka di Bandung, yaitu berwisata alam, membeli oleh-oleh, atau sekadar menikmati suasana.

Salah seorang warga Bandung, Galih Mulya Nugraha, memberikan beberapa tips singkat. Kota Bandung paling ideal dinikmati pada pagi hari karena udara dingin pegunungan masih terasa, ditambah lagi keberadaan para penjual makanan tradisional seperti surabi dan nasi kuning.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki berbagai nilai kelebihan. Bangunan yang didirikan Belanda pada 1920 itu sudah berkonstruksi tahan gempa.
Dia justru menyarankan kepada wisatawan untuk memarkir kendaraan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki karena itulah cara terbaik menikmati Kota Bandung. Detail seperti taman dan bangunan bersejarah akan mudah terlewatkan bila menumpang kendaraan.

”Dan yang pasti, jangan ragu bertanya kepada warga setempat saat memastikan tujuan. Mereka sangat ramah,” ujarnya.

”Someah hade ka semah”, itulah filosofi murah senyum kepada tamu yang dimaksud Galih. Dengan demikian, jangan ragu untuk segera tersesat di Kota Bandung. (Didit Putra Erlangga Rahardjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com