Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebun Binatang Memprihatinkan

Kompas.com - 03/02/2014, 12:05 WIB
MEDAN, KOMPAS —  Meski sudah sembilan tahun berada di areal baru seluas 30 hektar, kondisi Kebun Binatang Medan masih memprihatinkan. Tata letak kandang satwa, lokasi hiburan, dan kios pedagang tak tertata sehingga suasana kebun itu semrawut. Sejumlah kandang rusak, kotor, bau, dan kosong.

Rumput pun meninggi. Sejumlah satwa juga terlihat kurus. Satwa yang tak dikelompokkan juga membuat pengunjung bosan. Misalnya, kandang kasuari ditempatkan sederet dengan buaya dan rusa. Burung kasuari juga menempati beberapa kandang yang tersebar.

Arfa, mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan, minggu lalu, di Kebun Binatang Medan, menyesalkan situasi kebun binatang yang semrawut itu. Perawatan satwa tak maksimal. ”Sayang, banyak kandang yang rusak dan perawatan satwanya kurang bagus,” ujarnya.

Namun, warga tetap mendatangi obyek wisata di Medan itu. ”Kebunnya luas sehingga pemandangannya banyak,” ujar Sri, warga Medan yang ditemui di kebun binatang itu. Apalagi, Kebun Binatang Medan memiliki koleksi unik, seperti 11 harimau sumatera, 4 di antaranya masih kecil karena dilahirkan tahun lalu. ”Namun, hewannya kurang terawat. Koleksi ikan juga tak ada,” kata Sri lagi.

Menurut Manajer Kebun Binatang Medan Zainul, kebun binatang itu memang terlihat kumuh. Pengelola terus berbenah agar warga mendapatkan hiburan di tempat tersebut.

Kebun Binatang Medan baru memiliki koleksi 54 spesies, antara lain gajah sumatera, harimau sumatera, harimau benggala, siamang, dan beruang madu. ”Dari lahan yang ada, baru 10 hektar yang digunakan,” ujar Zainul.

Jumlah pengunjung terus meningkat setiap tahun, ini terlihat dari pendapatan yang diterima. Tahun 2012 pendapatan kebun binatang itu mencapai Rp 2,6 miliar, tahun 2013 Rp 2,97 miliar, dan tahun 2014 ditargetkan Rp 4 miliar.

Zainul mengatakan, pemasukan itu hanya cukup untuk biaya operasional kebun binatang, yakni biaya pakan satwa yang mencapai Rp 920 juta per tahun, gaji 50 karyawan mencapai Rp 1,08 miliar per tahun, dan perawatan. Pengelola belum bisa melakukan perbaikan kandang atau penambahan fasilitas. Kebun binatang itu juga masih mendapatkan subsidi dari Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Kota Medan.

Tahun ini pengelola akan mulai melakukan pembagian zona, seperti zona satwa, permainan, dan kantin. Rencana itu dimulai dengan pengelompokan satwa, terutama untuk reptilia dan aves (burung). ”Baru itu yang dapat kami lakukan sebab biayanya tidak ada,” lanjut Zainul.

Satwa belum sejahtera

Di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, yang dalam lima tahun terakhir melakukan banyak pembenahan, pun masih ditemukan satwa yang kurang terperhatikan kesejahteraannya. Kesejahteraan satwa belum menjadi perhatian serius pengelola kebun binatang di negeri ini. Hal ini berbeda dengan kebun binatang di Singapura, seperti saat dikunjungi Kompas, pekan lalu, yang menunjukkan hewannya terawat dan kandangnya tertata.

Di Kebun Binatang Gembira Loka, pekan lalu, misalnya, tampak tiga gajah jantan bergading panjang yang kakinya terikat pada rantai besi. Ketiga gajah yang berada di tiga kandang terpisah itu hanya bisa berdiri dan tak bisa bergerak ke mana-mana.

Sementara dua gajah betina bebas berkeliaran di luar kandang dan seekor lagi melayani pengunjung sebagai gajah tunggangan. Dengan membayar tiket, pengunjung bisa menunggang gajah berkeliling kandang sambil ditemani seorang pawang gajah.

Selain gajah, di Kebun Binatang Gembira Loka juga tampak beberapa koleksi satwa yang tak memiliki pasangan dan hanya hidup menyendiri di kandang, misalnya zebra dan kuda nil. Posisi kandang satwa yang terlalu dekat dengan pengunjung juga menjadi persoalan tersendiri. Pengunjung kadang memberikan makanan apa pun kepada satwa itu.

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH Pengunjung Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, Minggu (8/12/2013), sedang bercengkerama dengan satwa koleksi di sana. Kebun binatang itu menjadi salah satu tempat rekreasi utama di Yogyakarta, khususnya akhir pekan. Pada hari kerja, Senin-Jumat, jumlah pengunjung sekitar 1.500 orang per hari. Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, jumlah pengunjung sekitar 5.000 orang per hari.
Manajer Pemasaran dan Pengembangan Kebun Binatang Gembira Loka Yosep Kurniawan menjelaskan, gajah jantan relatif lebih sensitif dan termasuk binatang teritorial sehingga harus dipisahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com