Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Nelayan Tradisional Bengkulu Gagas Wisata Bahari

Kompas.com - 10/03/2014, 08:15 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Ribuan penonton terdiri dari beragam lapisan warga tampak berteriak-teriak di sepanjang dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pulau Baai, Kota Bengkulu, Minggu (9/3/2014). Mereka memberi semangat kepada enam sampan berisi dua orang yang berjibaku mengayuh saling mendahului, siapa terdepan maka itu lah pemenang.

Cuaca terik menunjukkan pukul 11.00 WIB. Aroma pantai, bau asin garam dan ikan bercampur menjadi satu di lokasi TPI Pulau Baai. Rasa, bau dan apa pun yang dirasakan oleh seluruh indera para penonton tak mengalahkan semaraknya acara sederhana yang digarap oleh para nelayan tradisional itu untuk menonton lomba mendayung sampan tradisional.

Menyempatkan diri untuk menonton acara sederhana ala nelayan itu tentu menjadi keinginan tersediri. Bagaimana tidak nelayan yang biasa berjibaku bertahan hidup, badai tak bersahabat dan lilitan utang adalah kehidupan sehari-hari nelayan, namun mereka punya liburan sendiri dalam merayakan hari lahirnya Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) ke 41.

Panitia menyiapkan lintasan sepanjang 200 meter di mana sebanyak enam sampan dilepas serentak dan harus menyentuh sebuah bendera HNSI di ujung lintasan lalu kembali ke posisi awal atau garis start. Siapa yang terdepan maka ia sebagai pemenang. Tidak ada pakaian seragam dipakai peserta. Bahkan ada beberapa tim justru bertelanjang dada mengayuh sampan. Gelak tawa penonton pun semakin ramai saat beberapa sampan peserta karam atau terbalik.

Ketua HNSI Bengkulu, Iswan Ruslan menyebutkan terdapat 64 sampan terdiri dari 128 nelayan tradisional yang ikut dalam lomba dayung itu. "Mereka adalah pelaut tangguh mengarungi laut sejauh tiga mil, hanya menggunakan sampan dan dayung. Bayangkan. Hidup mereka sangat dipertaruhkan demi keluarga," kata Iswan Ruslan.

Iswan melanjutkan, lomba dayung perahu tradisional baru pertama kali digelar oleh HNSI selaku organisasi nelayan dan ternyata mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Momen ini diharapkan dapat menjadi acara wisata bahari tahunan Provinsi Bengkulu. "Kita berharap pemerintah setempat menyambut baik ide ini dan menjadikannya sebagai acara tahunan layaknya tabot. Ini sangat mengundang wisatawan jika dikemas apik," katanya.

HNSI Bengkulu saat ini memiliki 4.000 anggota, mayoritas adalah nelayan tradisional yang membutuhkan bimbingan modal dan keterampilan sampingan saat cuaca laut sedang tak bersahabat. Beberapa nelayan lain mengusulkan agar acara serupa perlu dilakukan pada tahun-tahun mendatang dengan kemasan yang lebih meriah seperti lomba masakan kuliner hasil laut, lomba dayung, dan pameran-pameran.

"Selain meningkatkan potensi wisata bahari, acara semacam ini juga dapat menggali bibit atlet dayung dari Bengkulu. Tentu saja ini sangat menarik dan meningkatkan perbaikan hidup nelayan, pemerintah harus jeli melihat ini," kata Sutomo, salah seorang pengunjung asal Kabupaten Lintang Empat Lawang, Sumatera Selatan yang kebetulan hadir dalam acara itu.

Meski digelar sederhana, panitia juga menyiapkan beberapa hadiah, berupa tropi bergilir serta sejumlah uang pembinaan yang didapat dari beberapa penyumbang dan sponsor. Acara lomba dayung terus berlangsung hingga siang hari, bahkan jumlah penonton terus bertambah. Di tengah laut beberapa kapal patroli kepolisian laut berjaga-jaga, sementara di lokasi lain para penjual ikan sibuk dengan transaksi penjualan ikan yang sepertinya meningkat sejak terselenggaranya lomba sampan tradisional ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com