Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana di Tepi Laut China Selatan

Kompas.com - 16/04/2014, 14:24 WIB
Ary Wibowo

Penulis

PASANGAN laki-laki dan perempuan muda berjalan tergesa-gesa menyusuri hamparan pasir putih. Si laki-laki muda berpakaian santai mengenakan celana pendek, sedangkan si perempuan mengenakan kaus merah muda. Meski terik matahari menyorot ganas, laki-laki dan wanita itu tetap bersemangat melangkah ke kursi payung kayu cokelat di tepi laut luas.

Pasangan muda itu rupanya tak ingin ketinggalan menikmati desiran angin serta keindahan Laut China Selatan. Keduanya adalah peserta Terengganu International Squid Jigging Festival 2014 yang diselenggarakan di Terengganu, Malaysia. Pengalaman ini diperoleh mereka saat mengunjungi salah satu resor bernama Terrapuri Heritage Village di Kampung Mangkuk, Penarik, Setiu, Terengganu.

Terrapuri Heritage Village merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Terengganu. Terrapuri memiliki arti istana di atas tanah. Terra dalam bahasa latin berarti tanah, sementara Puri dalam bahasa sansekerta adalah istana.

Terrapuri dibangun dengan konsep pembudidayaan perumahan kampung penduduk asli Terengganu yang sudah berusia ratusan tahun. Hal itu bisa terlihat dari bangunan kamar-kamar yang merupakan rumah tradisional Melayu di Terengganu atau biasa disebut rumah bujang berselasar (serambi).

Rumah bujang berselasar adalah satu dari empat rumah tradisional Terengganu, selain rumah bujang berpeleh, rumah tele dan rumah limas potong belanda. Bentuk dari rumah itu biasanya bertiang dan berlantai tinggi. Sedangkan, bahan fondasi bangunan dibuat dari kayu yang digabungkan dengan bambu di beberapa sisi serta atap rumbia.

Keunikan lainnya, selain terdapat ruang utama untuk kaum wanita dan serambi, rumah ini juga memiliki ruang selasar yang pada awalnya berfungsi sebagai ruang mengajar mengaji, menjahit jala, atau sejumlah aktifitas lain yang melibatkan pria. Di beberapa sisi dinding rumah juga dihiasi dengan ukiran-ukiran.

"Ukiran pada rumah ini awalnya banyak mengandung beberapa unsur ajaran Budha dan Hindu. Namun, setelah ajaran Islam tiba, tidak ada lagi ukiran-ukiran binatang atau fauna di beberapa bagian rumah, sekarang hanya tinggal flora saja," ungkap CEO Terrapuri, Alex Lee Yun Ping, saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (12/4/2014).

KOMPAS.COM/ARY WIBOWO Terrapuri Heritage Village, di Kampung Mangkuk, Penarik, Setiu, Terengganu, Malaysia.
Setiap rumah tersebut kini diubah menjadi kamar hotel tanpa menghilangkan nuansa sejarah kebudayaan Terengganu. Di setiap sudut kamar, ukiran flora serta ornamen-ornamen kayu masih mendominasi. Kolam renang di bagian belakang hotel pun semakin menambah estetika hotel.

Warisan

Alex mengaku memiliki ketertarikan mengenai rumah-rumah tradisional Terengganu sejak 1994. Namun, ia mengungkapkan, awalnya sulit untuk memperoleh rumah tersebut, karena selain sudah tidak berpenghuni, para pemilik juga tidak ingin menjual karena menanggap rumah itu adalah warisan yang harus dijaga.

"Tetapi, perlahan selama 18 tahun saya berhasil mengumpulkan 29 rumah. Saya kemudian membeli tanah di sini pada 2005. Satu tahun berikutnya, pembangunan dimulai dan itu memakan waktu selama lima tahun. Sekarang sudah ada 15 kamar dan rencananya akan dibangun lagi tujuh kamar," kata Alex.

Selain faktor bisnis, tujuan pembangunan Terrapuri adalah untuk membantu mengembangkan sektor pariwisata di bidang kebudayaan Terengganu. Sejumlah wisatawan mancanegara pun tertarik mengunjungi Terrapuri untuk menyaksikan salah satu warisan sejarah peradaban Melayu.

Daya tarik lainnya tentu adalah keindahan pasir putih dan hamparan luas Laut China Selatan yang berada persis di depan hotel. Jadi, bagi Anda yang ingin berwisata ke Terengganu, tidak salah mengunjungi tempat ini untuk menikmati nuansa tradisional serta merasakan lembutnya pasir putih di pinggir hamparan Laut China Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com