Kompas.com yang juga turut serta dalam festival tersebut merasakan sendiri bagaimana keringat mengucur deras ketika berjalan kaki kurang lebih sepanjang dua kilometer menuju Santuari Kelah. Tak jarang ditemui jalan setapak naik dan turun sehingga terkesan mirip saat mendaki gunung.
Rombongan peserta bertolak ke Santuari Kelah dari Petang Island Resort seusai makan siang pukul 13.00 waktu setempat. Dengan menggunakan perahu boat berkapasitas tujuh orang, kurang lebih selama 45 menit kami menyusuri danau Kenyir.
Perjalanan kemudian terhenti sejenak karena antrean cukup panjang dari para peserta yang ingin menyebrang sungai. Ternyata, kami harus bergantian dengan kelompok lain menyebrang sungai tersebut karena hanya menggunakan perahu getek besi berkapasitas 10 orang yang ditarik oleh enam orang pekerja.
Beberapa peserta yang menyebrang sungai dengan menaiki perahu getek menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang asing. Namun, ada pula yang mengaku baru kali pertama merasakan pengalaman itu, salah satunya Maria Bennet, peserta asal Spanyol yang ikut dalam rombongan.
"Ya, sangat melelahkan," kata dia seusai menyebrang sungai.
Perjalanan kembali dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak di tengah bukit. Pemandu kemudian sempat mengingatkan bahwa kami harus hati-hati karena banyaknya bebatuan, pasir licin, serta jembatan-jembatan yang dibuat dari batang pohon dalam perjalanan kali ini.
Kurang lebih selama 20 menit berjalan, akhirnya kami sampai tujuan dan rasa lelah kami akhirnya terbayar melihat jernihnya Sungai Petang yang di dalamnya berisi ratusan ikan kelah. Bahkan, beberapa peserta ada yang langsung menghampiri sebuah meja kecil di pinggir sungai untuk mengambil palet lalu memberi makan ikan.
Bagi pengunjung yang tidak biasa, khususnya peserta dari luar negeri, mungkin terasa janggal bermain dengan ikan. Akan tetapi, setelah mencoba memberi makan serta memegang ikan langsung dari dalam air, perasaan janggal itu akan berubah menjadi sangat menyenangkan.
Pengurus Santuari Kelah, Datuk Mohammad Jidin Shafee, mengatakan, ikan kelah memang merupakan daya tarik tersendiri di wisata alam tersebut. Ia pun menilai, selain sebagai tempat wisata, Santuari Kelah juga dapat dijadikan tempat menambah pengetahuan terhadap berbagai spesies ikan yang hidup di Sungai Petang.
"Selain wisatawan, banyak juga agensi atau mahasiswa datang ke sini untuk melakukan penelitian mengenai ikan kelah serta flora dan fauna sekitar Sungai Petang. Jadi, ini adalah salah satu cara kami untuk mengenalkan wisata Terengganu kepada dunia," kata Mohammad Jidin.
Santuari Kelah dibuka untuk umum setiap Selasa, Jumat, Sabtu dan Minggu. Untuk satu kali perjalanan, satu kelompok yang berisi maksimal enam orang akan memakan waktu selama lima jam. Pada November hingga Februari, Santuari Kelah tidak akan dibuka untuk umum untuk melakukan pemeliharaan lokasi wisata. (Ary Wibowo, dari Trengganu, Malaysia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.