Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Keindahan Air Terjun di Malang

Kompas.com - 25/04/2014, 17:30 WIB
HUJAN yang masih sering turun tidak menghentikan langkah kami beberapa waktu lalu untuk menikmati keelokan pegunungan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kali ini, kami memilih menikmati keindahan air terjun Coban Rondo di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon.

Wanawisata Coban Rondo berlokasi sekitar 25 kilometer dari Kota Malang atau sekitar 12 kilometer di barat Kota Batu. Waktu tempuh dari Kota Malang ke lokasi sekitar satu jam.

Untuk tiba Coban Rondo, pengunjung bisa naik kendaraan pribadi atau umum dari Kota Malang. Jika naik angkutan umum, pengunjung turun di daerah Patung Sapi Pujon dengan tarif Rp 10.000. Selanjutnya, wisatawan naik ojek motor untuk sampai di kawasan wisata.

Tiket masuk kawasan Wanawisata Coban Rondo Rp 12.000 per orang dan parkir kendaraan Rp 1.000-Rp 3.000. Dari gerbang masuk, pengunjung masih harus menempuh perjalanan berkelok-kelok di tengah hutan pinus sepanjang sekitar 4 kilometer hingga sampai di tempat parkir. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 500 meter hingga sampai di lokasi air terjun.

Tinggi air terjun Coban Rondo 84 meter. Obyek wisata ini di bawah pengelolaan Perum Perhutani Malang dan berada di ketinggian 1.135 meter di atas permukaan air laut.

Cukup tingginya air terjun, ditambah tiupan angin, menerbangkan titik-titik air hingga ratusan meter. Semakin mendekati air terjun, pakaian semakin basah terkena titik-titik air yang diterbangkan angin.

Wisatawan tidak hanya bisa menikmati keelokan air terjun, tetapi juga bisa berkemah atau memanjakan anak dengan sejumlah permainan ketangkasan.

Legenda

Coban Rondo pun memiliki legenda menarik yang selalu dikenang. Coban berarti ’air terjun’. Sebagian orang menyebutnya sebagai serapan dari kata cobaan.

Legenda Coban Rondo bermula dari pernikahan Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi dengan Raden Baron Kusuma yang berasal dari Gunung Anjasmoro. Setelah 36 hari pernikahan, Dewi Anjarwati mengajak sang suami untuk berkunjung ke keluarga suaminya di Gunung Anjasmoro. Orangtua Anjarwati sebenarnya melarang karena, menurut keyakinan orang Jawa, pernikahan mereka baru berjalan selapan (35 hari).

Namun, karena Dewi Anjarwati bersikeras, akhirnya kedua mempelai nekat berangkat ke Gunung Anjasmoro. Di tengah jalan, keduanya dihadang seorang laki-laki bernama Joko Lelono. Joko rupanya tertarik dengan Dewi Anjarwati. Ia akhirnya berkelahi dengan Raden Baron Kusuma. Kedua pria itu meninggal dalam pertarungan.

Sebelumnya, Raden Baron Kusuma sempat meminta punakawan yang saat itu menyertai perjalanan Anjarwati dan Baron untuk menyembunyikan Anjarwati di suatu tempat di dekat coban (air terjun). Karena Raden Baron Kusuma meninggal, Anjarwati pun menjadi janda dan tinggal di lokasi itu.

Spiritual

Di tempat berbeda, sekitar 30 kilometer arah barat Kota Malang, di lereng Gunung Kawi, juga terdapat air terjun dengan pesona menawan, yaitu Coban Glothak. Lokasinya di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Berbeda dengan Coban Rondo, Coban Glothak ini lebih jarang dikunjungi wisatawan karena lokasinya lebih sulit dijangkau. Untuk menuju Coban Glothak, kendaraan harus berhenti 2,5 kilometer sebelum lokasi coban. Di ujung Desa Dalisodo inilah semua jenis kendaraan diparkir dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalan menuju coban licin, sempit, dan naik turun menembus hutan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com