Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menaklukkan Aragon, Menekuk Keraguan

Kompas.com - 26/04/2014, 08:38 WIB
AKHIRNYA kami tiba di sini, di Sirkuit Motorland Aragon, Spanyol. Sebagai sirkuit balap, Motorland Aragon identik dengan pacu adrenalin dan kemantapan berkendara. Juga kejantanan.

Angin kencang dan udara dingin menyambut begitu kami keluar dari mobil Jaguar F-Type Coupe. Kami berkendara sejauh 162 kilometer dari Bandara Lleida setelah terbang selama sekitar 45 menit dari Barcelona. Selama berkendara, embusan angin kencang dan udara dingin sama sekali tak terasa karena kabin mobil kedap udara dan memiliki sistem aerodinamik yang mantap sehingga tetap stabil meski dipacu dengan kecepatan hingga 200 kilometer per jam.

Nah, begitu membuka pintu mobil, badan terhuyung diterpa angin yang kecepatannya mencapai 15 knot. Belum lagi suhu yang jatuh di angka 12 derajat celsius, menyebabkan tubuh menggigil. Meskipun saya sudah memakai jaket, sarung tangan, dan syal, udara dingin tetap dapat menyusup ke saraf-saraf kulit. Mendung memayungi seantero Aragon dan sesekali menjatuhkan gerimis.

”Selamat datang di Motorland Aragon dan menikmati udara yang dingin ini. Cuaca kurang bagus tapi kita akan menghangatkan diri dengan memacu adrenalin di sirkuit ini,” kata Senior Manager Jaguar Global Communications Jaguar Gordon Snoddy membuka sambutan di depan 24 jurnalis. Mereka antara lain dari India, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia.

Dia lantas menjelaskan bahwa masing-masing jurnalis mendapat kesempatan untuk menjajal sirkuit dengan mengemudikan Jaguar F-Type Coupe. Setiap jurnalis ditemani seorang instruktur untuk memahami setiap detail sirkuit.

Sirkuit Motorland Aragon dibangun di atas lahan seluas 1.320 kilometer persegi. Sirkuit ini mendapat sertifikat International Road Racing Teams Association (IRTA) pada tahun 2010, artinya seluruh fasilitas dan teknologinya memenuhi standar sirkuit internasional. Semua itu antara lain berkat sentuhan Herman Tilke, pria Jerman yang top dalam merancang trek balap. Pembalap F1 Pedro de la Rosa juga terlibat sebagai konsultan teknis dan olahraga Sirkuit Motorland Aragon.

Siap ngebut

Sirkuit Motorland Aragon mempunyai panjang 5,3 km dan lebar lintasan 12 meter–15 meter. Sirkuit utama memiliki 17 tikungan. Membayangkan banyaknya tikungan itu, saya bimbang. Antara ingin memacu mobil yang harganya mencapai Rp 1,4 miliar ini atau menonton di dekat mesin penghangat mengusir dingin. Apalagi saat itu hujan.

Saya kerap berkendara dari Medan ke Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, yang jalanan berliku dan menanjak. Saya juga sering menjelajahi jalanan dari Tele ke Samosir di tepi Danau Toba yang berliku dan curam itu dengan mobil manual yang hanya mampu menghasilkan 86 tenaga kuda. Paling kencang, saya melaju sampai 100 kilometer per jam di jalan lurus. Saat menemui jalan berliku, paling hanya 40 kilometer per jam.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Salah satu perkebunan zaitun di Lleida, Spanyol, Minggu (30/3/2014). Mayoritas penduduk Lledia bekerja sebagai petani zaitun dan anggur.
Tapi ini lain, saya harus mengendarai mobil berkekuatan 550 tenaga kuda di arena balap dengan kecepatan tinggi. Saya lalu memakai helm, buka pintu, duduk, dan pasang sabuk pengaman. Jok yang empuk dan nyaman membuat saya makin yakin meski agak tegang. Lalu, Paul menekan tombol star mesin. ”Ruum...ruuum...,” mobil Jaguar ini menyalak galak.

”Sudah siap ngebut?” kata Paul yang seolah membaca ketegangan di wajah saya.

Sepanjang sirkuit, Paul menjelaskan mengenai rambu-rambu sirkuit. Kapan belok, kapan injak rem, kapan menepi ke kanan atau ke kiri, dan kapan menyalip mobil lain. Kebetulan pada saat bersamaan, tiga jurnalis mengebut dengan tiga mobil berbeda. Setelah Paul mengajak saya keliling sirkuit, kini giliran saya pegang setir. Tiba-tiba saya merasa menjadi Pedro de la Rosa. ”Jangan takut untuk mengebut. Injak gas dalam-dalam jika memungkinkan,” kata Paul menyuntik semangat saya.

Pada lap pertama, saya lari dengan kecepatan tak lebih dari 100 km per jam sembari beradaptasi dengan sirkuit. Paul meminta agar saya injak gas lebih dalam. Saya terprovokasi dan memacu mobil hingga jarum speedometer menyentuh angka 220 km per jam. Pada lap ketiga, saya masih coba ngebut. Mendekati salah satu tikungan, Paul berteriak. ”Injak rem !!!. Lebih keras-lebih keras...!!!

Terlambat. Mobil telanjur keluar lintasan dan tidak memungkinkan untuk berbelok karena terlalu kencang. ”Tidak apa-apa. Sudah bagus kontrolnya. Kita kembali ke lintasan dan ngebut lagi,” kata Paul memuji.

Saya tidak tahu itu pujian tulus atau sekadar untuk menjaga semangat saya. Yang jelas, saya makin menikmati kebut-kebutan ini. Di lap terakhir, saya mengemudikan mobil dengan lancar dan kencang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com