Dari Batutumonga, Toraja Utara, kita dapat merekam keindahan alam Tana Toraja nan elok, termasuk panorama Kota Rantepao yang merupakan pusat kota Toraja. Batutumonga sekaligus penuh daya magis karena ia menjadi rumah bagi makam-makam batu kuno. Keindahan di pucuk-pucuk bukitnya semakin sempurna dengan hadirnya tongkonan, rumah khas Toraja.
Konon, nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti ’Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan’, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya ’orang yang berdiam di sebelah barat’.
Dari Rantepao, Batutumonga dapat dicapai dengan dua cara, yaitu dengan menumpang angkutan umum dari Pasar Bolu atau menggunakan mobil sewaan. Perjalanan menuju Batutumonga membutuhkan waktu 30 menit-1 jam. Kewaspadaan tinggi dibutuhkan karena medan yang ditempuh memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. Selain jalanan yang berkelok dan sempit, hanya seukuran satu mobil, sisi kiri dan kanan jalan berupa jurang menganga.
Beberapa guest house sudah dibangun di Batutumonga. Salah satu yang berada di titik tertinggi adalah Mentirotiku guest house. Mentirotiku bermakna ’pemandangan yang indah dan luas’. Dengan hanya berdiri di depan kamar, hamparan pemandangan yang penuh daya magis terpampang di depan mata. Semburat merah mentari pagi segera menyambut dengan hamparan awan yang seolah berada tepat di hadapan mata.
Tongkonan bersejarah
Selain pemandangan alamnya, Mentirotiku punya keistimewaan lain berupa kamar berbentuk tongkonan, yang konon merupakan rumah pahlawan Pong Tiku yang dijual oleh sang cucu. Rumah dari pahlawan nasional asal Toraja inilah yang kini dioperasikan menjadi guest house dengan penambahan sejumlah kamar.
Agar bisa menangkap seluruh keindahan, bersiaplah di luar kamar ketika waktu menunjukkan pukul 05.00. Berharaplah cuaca di luar cerah, agar matahari yang siap terbit tidak terhalang mendung. Jangan lupa kenakan jaket karena udara di ketinggian cukup dingin serta kamera untuk mengabadikan momen indah yang tak akan dijumpai di tempat lain.
Keindahan yang tersaji seolah bergegas cepat menyergap seluruh panca indera. Sungguh sebuah keindahan yang nyata yang membuat napas seolah terhenti ketika menyaksikannya. Resapi dan nikmati hingga ke tulang sumsum, lalu dekap di dada sebagai sebuah pengalaman yang tak lekang.
Apabila matahari semakin tinggi, keindahan itu tetap ada. Terekam di hamparan sawah yang luas menghijau, sosok Gunung Sesean yang berdiri kokoh di antara awan dan panorama Rantepao dari kejauhan. Kehidupan warga yang bersahaja, melengkapi keindahan yang ada.
Salah seorang penjaga Mentirotiku guest house, Paulus Payung (25), menuturkan, satu tahun terakhir, semakin banyak wisatawan berkunjung ke Batutumonga. Tidak hanya pada saat akhir pekan, kunjungan wisatawan juga tercatat di hari-hari biasa. ”Biasanya mereka menginap dua-tiga hari untuk menikmati pemandangan Toraja dari Batutumonga,” kata Paulus.
Tak hanya tongkonan milik Pong Tiku, ratusan tongkonan lain tersebar di bukit-bukit Batutumonga. Banyak dari tongkonan itu merupakan bangunan baru yang dibangun oleh orang-orang Toraja yang merantau di perkotaan. Mereka biasanya pulang pada akhir tahun, meluangkan beberapa hari tinggal di tongkonan sebelum kembali merantau.