Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Ampat Menolak Menjadi Penonton

Kompas.com - 09/07/2014, 05:12 WIB
TERSOHORNYA keelokan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, membuat daerah itu tak pernah sepi dari turis, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat pun ingin keindahan daerahnya berdampak positif bagi warganya walau dari sisi kreativitas dan inovasi perlu terus diasah.

Kreativitas warga diasah melalui Festival Raja Ampat yang rutin digelar tiap tahun dan Sail Raja Ampat yang pada Agustus nanti untuk pertama kali digelar. Dua peristiwa itu digelar di Pantai Wasai Torang Cinta yang sebelumnya disebut Pantai Waisai Tercinta. Pantai itu terletak di Waisai, ibu kota Raja Ampat, di Pulau Waigeo, satu dari empat pulau terbesar di kabupaten kepulauan itu. Tingkat kunjungan turis asing dan lokal ke obyek wisata yang terdiri dari 400 gugus pulau itu terus meningkat hingga 200 persen dari tahun sebelumnya.

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Pemerintah Provinsi Papua Barat berusaha mendorong warga setempat agar mampu berkreasi, tak hanya menciptakan makanan khas Papua, tetapi juga membuat kerajinan tangan untuk suvenir. Beragam kerajinan tangan dari biji-bijian, buah-buahan, serta kulit kayu, seperti kalung, anting-anting, dan toke (tas dari kulit kayu) dikerjakan kaum ibu di sejumlah distrik.

Keterlibatan warga ditingkatkan dengan menghidupkan kampung wisata. Warga diberi pelatihan pula menyangkut pengolahan berbagai hasil laut sehingga produknya memiliki nilai tambah.

Pemkab Raja Ampat pun menggencarkan sosialisasi pantai bebas dari sampah. Waisai adalah pintu masuk ke Raja Ampat yang memiliki empat pulau utama yang bergunung-gunung, yakni Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool, serta ratusan pulau kecil. Kawasan ini memiliki potensi wisata alam yang luar biasa, baik bentang alam, tingginya keanekaragaman hayati daratan dan lautan, potensi pesisir, maupun budaya dan adat masyarakatnya.

Di sekitar Pantai Wasai Torang Cinta, terpasang beberapa peringatan agar tak membuang sampah sembarangan. Tempat sampah pun ditambah dan ditempatkan di segala sudut pantai.

Wisata laut

Raja Ampat, yang keindahannya menjadi buah bibir penyuka wisata pantai dan bawah laut, memberi kemakmuran kepada warganya. Pengelola perahu motor cepat telah merasakan dampak positif kekayaan alam Raja Ampat. Namun, mereka belum setiap hari menerima permintaan mengantar wisatawan yang akan ke salah satu pulau di kawasan itu atau ke resor yang sebagian besar dibangun pengusaha asing.

ARSIP KOMPAS TV Berenang bersama ikan pari manta di perairan Raja Ampat, Papua.
”Biasanya pada akhir pekan kami mendapat turis yang minta diantar ke lokasi wisata di kawasan Raja Ampat ini,” ungkap Romeo, pengelola perahu cepat sewaan, saat mengantar ke kawasan Painemo, akhir Mei lalu.

Painemo adalah gugusan pulau karang kecil yang memiliki keindahan menawan. Painemo disebut pula sebagai Wayag kecil. Wayag adalah gugusan pulau karang yang memiliki panorama lebih aduhai dengan hamparan pasir putih. Wayag menjadi ikon wisata Raja Ampat.

Namun, Wayag terlalu jauh dan lama untuk ditempuh wisatawan, terutama wisatawan lokal yang umumnya tidak memiliki waktu berlama-lama seperti turis asing. Dari Waisai, perlu waktu paling cepat empat jam untuk mencapai Wayag menggunakan perahu cepat. Sementara ke Painemo cukup dua jam dari Waisai. Itu sebabnya, Painemo kini menjadi salah satu lokasi favorit wisatawan.

Dalam sekali perjalanan ke Painemo dan beberapa tempat yang disinggahi, seperti Pulau Arborek dan Manswar, pengunjung harus merogoh kocek antara Rp 5 juta-Rp 10 juta. Pengelola memasang harga sebesar itu untuk satu trip perjalanan dengan tujuan Painemo dan beberapa lokasi yang dilewati, meskipun ada pula yang menawarkan lebih rendah. Untuk ke Wayag, tarif dua hingga tiga kali lipat dipasang pengelola perahu cepat.

Mungkin karena tidak setiap hari mendapat penumpang, tarif perahu cepat di Raja Ampat begitu mahal. Selain itu, yang pasti, mahalnya tarif angkutan wisata laut itu disebabkan mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) di sana. Harga paling murah Rp 30.000 per liter untuk premium. Romeo menuturkan, untuk perjalanan pergi-pulang dari Waisai ke Painemo dia menghabiskan biaya Rp 2,85 juta hanya untuk BBM.

Waisai

BBM kebanyakan bisa diperoleh di Waisai atau pulau berpenghuni seperti Saonek. Waisai ditetapkan menjadi ibu kota kabupaten sejak Raja Ampat terbentuk Mei 2002. Raja Ampat adalah pemekaran dari Kabupaten Sorong.

Waisai yang awalnya hanya dihuni 22 keluarga sejak tahun 1995, kini menjadi magnet yang mengundang pendatang. Pemkab Raja Ampat pun berbenah, menjadikan Waisai lebih layak, lebih memakmurkan warganya.

Dok. Kompas TV Raja Ampat
Sekretaris Daerah Kabupaten Raja Ampat Ferdinand Dimara menyebutkan, pemerintah kabupaten mengeluarkan Rp 400 miliar untuk membenahi Waisai. Kota dibangun agar lebih nyaman dan menarik wisatawan. Hal ini, misalnya, terlihat dari dibangunnya jalan beton dan drainase.

Bandara pun dibangun di pinggiran Waisai. Landas pacunya sedang diperpanjang agar bisa didarati pesawat berbadan besar. ”Nantinya diharapkan ada jalur penerbangan dari Singapura dan Manado langsung ke Waisai,” kata Ferdinand.

Raja Ampat yang dikenal dengan keindahan bawah lautnya, terumbu karang, dan aneka ikan diharapkan tak berubah secara fisik. Kelestarian alamnya harus dipertahankan demi menarik lebih banyak wisatawan datang. Dengan keberpihakan pada ekonomi masyarakat, kedatangan wisatawan akan memberi kesejahteraan bagi warga setempat. (Agnes Swetta Pandia/Agus Mulyadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com