Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putu yang Tertukar

Kompas.com - 04/08/2014, 13:53 WIB
TENTU ada ribuan Putu di Bali. Pertengahan Juni lalu, Lely dari Jakarta harus bertemu seseorang bernama Putu. Ia memang bertemu Putu, tapi ternyata dia bukan Putu yang dimaksud. Dia adalah Putu yang tertukar.

Lely sedang mencari seorang bernama Putu dalam perjalanannya berburu kain tenun gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan di Kabupaten Karangasem, Bali, pertengahan Juli lalu. Lely yang berada di Denpasar menelepon Putu, seorang pemilik toko kain tenun gringsing kenalan seorang kawan Lely bernama Yudis. ”Saya Lely Pak Putu, teman Yudis. Saya siang ini ke Tenganan, boleh ke rumah Pak Putu dan melihat koleksi kain gringsing Bapak?”

Putu menyambut rencana kunjungan Lely, dan berjanji menunggu Lely di toko kain tenun miliknya. ”Pokoknya, di dekat gapura tanyakan saja. Yudis tahu lokasinya,” kata Putu menjelang akhir percakapan telepon itu.

Yudis yang tidak bisa menemani perjalanan Lely pun menitipkan kata kunci untuk mencari rumah Putu. ”Pokoknya, begitu sampai di gapura desa, tanyakan saja rumah Pak Putu yang kepala desa. Itu rumah dia, di dekat gapura,” kata Yudis.

Maka, selepas perjalanan dua jam dan selewat gapura Desa Tenganan Pagringsingan, Lely turun dari mobil dan mencari-cari rumah Putu. Ia menghampiri kerumunan para ibu di sebuah warung kecil di mulut desa. ”Ibu tahu rumah Pak Putu?”

”Pak Putu siapa?” tanya salah satu dari mereka.

”Pak Putu yang kepala desa,” sahut Lely yakin.

”Ooh, ini di belakang warung ini, silakan,” jawab si ibu menunjuk rumah yang berjarak 50 meter dari gapura desa. Lely tersenyum puas, ternyata tak sulit mencari rumah Putu.

Di sana, Lely justru diberitahu bahwa Putu sedang menerima tamu di kantor. Lely pun menelepon Putu, mengabarkan dirinya yang telah ada di rumah Putu. Sang penerima telepon kebingungan.

”Saya di rumah, mencari-cari Ibu Lely tidak ada. Ibu di mana?”

”Saya di rumah Pak Putu…Pak Putu kepala desa?” Lely ragu, dan semakin bingung ketika disapa oleh seorang lelaki lain yang tersenyum memperkenalkan diri, ”… saya Putu.”

BARRY KUSUMA Lukisan di atas daun lontar yang dibuat warga Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.
Lelaki di hadapan Lely mulai menangkap kekacauan itu. ”Ibu mencari Putu siapa? Saya Putu Yudiana, perbekel Tenganan Pagringsingan. Sepertinya Ibu mencari Putu Suwarjana ya,” kata Yudiana tersenyum melihat Lely tergagap dengan telepon genggam di tangannya.

”Minta maaf, saya hanya diberitahu teman saya untuk mencari Pak Putu yang kepala desa, yang rumahnya di dekat gapura desa,” kata Lely.

Putu Yudiana tertawa. ”Tidak apa-apa, teman itu betul. Saya memang baru bulan Januari lalu menggantikan Pak Putu Suwarjana menjadi kepala desa. Dan rumah Pak Putu Suwarjana pun di dekat gapura, hanya 30 meter. Kalau mau, mari saya antar ke rumah Pak Putu Suwarjana,” katanya.

Di rumah Putu Suwarjana yang ternyata ada di sisi berbeda dari gapura desa, tuan rumah dan Putu Yudiana sama-sama terbahak. ”Kalau di Bali, mencari rumah orang, memang harus memastikan nama lengkapnya. Ada terlalu banyak nama ’Putu’ di setiap desa di Bali. Di Tenganan Pagringsingan, dua Putu sama-sama kepala desa,” kata Putu Suwarjana tertawa. (WKM/ROW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com