Pasalnya, menurut Serinata di Mataram, Selasa (5/8/2014), meski di beberapa daerah juga diadakan tradisi semacam itu. Namun, tidak semeriah seperti yang diselenggarakan di Pulau Lombok.
"Memang di tempat lain juga ada, tetapi sangat berbeda di Lombok. Kalau ini terus diselenggarakan akan menambah daya dukung pariwisata dan budaya Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya," katanya.
Serinata menambahkan, sebagai daya tarik pariwisata dan budaya NTB, semestinya pada saat penyelenggaraan Lebaran Topat, perlu ada kegiatan lain yang menyertainya. Contohnya, penampilan tradisi peresean, gendang beleq, dan kesenian tradisional rudat.
"Kalau ini diikutsertakan, tentunya akan menambah daya tarik Lebaran Topat itu sendiri, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB," ujarnya.
Menurut Serinata, setiap tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB terus meningkat. Karena itu, bila kegiatan seperti Lebaran Topat yang dilaksanakan setiap tahun tersebut dikemas semenarik mungkin, maka tidak menutup kemungkinan pariwisata NTB akan terus berkembang dan maju.
Untuk itu, Serinata berharap gubernur maupun bupati/wali kota di mana menjadi lokasi kegiatan penyelenggaraan Lebaran Topat dapat mempersiapkan kegiatan tersebut sedini mungkin, sehingga memberikan efek yang luar biasa bagi daerah dan dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
Lebaran Topat adalah tradisi yang dilaksanakan suku Sasak di Lombok seminggu setelah Idul Fitri. Pada hari tersebut selepas subuh, masyarakat di Pulau Lombok merayakannya dengan beramai-ramai mendatangi tempat wisata, seperti pantai ataupun beberapa makam leluhur.
Mereka datang bersama keluarga dengan membawa bekal ketupat, kue bantal, maupun lauk-pauk dan bermacam-macam penganan layaknya berekreasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.