Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Bakar Berenang dari Sorong

Kompas.com - 14/08/2014, 10:06 WIB
SETIAP malam tiba, ikan-ikan mendekat ke Pantai Tembok Berlin, Kota Sorong, Papua Barat. Mereka mengelompok di atas meja berlapis seng seperti sedang berenang di lautan. Itulah cara unik para pedagang makanan di Sorong dalam menyajikan ikan bakar.

Pantai Tembok Berlin benar-benar dalam pengertian harfiah, tembok menjadi pembatas antara laut dan jalan raya sepanjang kira-kira 1 kilometer. Istilah tembok Berlin itu pun menjadi sebutan populer bagi pantai yang bernama asli Pantai Dofior itu. Tentu tembok yang dibangun dengan ketebalan sekitar 1 meter itu tidak memisahkan dua negara, tetapi menjadi pembendung gelombang laut agar tidak menggempur jalan raya.

Petang hari, di sepotong Pantai Tembok Berlin itulah puluhan warung tenda terkembang. Mas Yus (56), misalnya, mengaku sudah membuka warung tenda bernama Marinda sejak puluhan tahun lalu. ”Saya di Sorong saja sudah 30 tahun, memang tak langsung jualan,” kata lelaki asal Kediri, Jawa Timur, itu. Begitu juga Mas Roji (45), lelaki asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah berjualan ikan bakar di Pantai Tembok Berlin hampir 20 tahun silam. ”Saya ke Sorong sudah 24 tahun lalu. Pokoknya ketemunya ikan bakar,” kata pemilik warung tenda bernama Malioboro itu.

Sebagian besar pemilik warung tenda ikan bakar di Pantai Tembok Berlin adalah orang-orang perantauan dari Jawa, terutama Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Sebagian lagi berasal dari daerah seperti Makassar dan Ternate.

Mas Yus bercerita, ia yang pertama kali punya gaya menyajikan ikan bakar setengah matang di atas pelat seng, lalu menjejernya seperti sedang berenang. Selain alasan kepraktisan dalam melayani pembeli, cara penyajian seperti itu ternyata berhasil menarik selera makan calon penyantap. Begitu melihat ikan bakar, calon pembeli langsung membayangkan kelezatannya. ”Kalau ikan masih mentah, bau amisnya kadang mengurangi selera makan,” kata Mas Yus. Cara menjual ikan bakar versi Mas Yus ini dalam waktu singkat menjadi kiat jitu berjualan ikan bakar di Sorong.

KOMPAS/PUTU FAJAR ARCANA Pengunjung menikmati sajian ikan bakar di Kota Sorong, Papua Barat.
”Memang kelihatannya ikannya seperti berenang, sih, he-he-he,” tutur Mas Roji. Dengan cara itu, warung Malioboro bisa menghabiskan puluhan ikan bakar dalam semalam. Ikan-ikan yang berenang di atas pelat seng itu umumnya berasal dari beberapa jenis ikan laut, seperti kue, bawal, baronang, kakap, dan kerapu. Hampir semua warung, yang jumlahnya puluhan di Pantai Tembok Berlin, ini menyajikan jenis ikan yang sama. Beberapa di antaranya menambahkan menu makanannya dengan olahan kepiting papua, jenis kerang-kerangan, udang, cumi-cumi, dan ayam.

”Tapi tetap yang favorit di sini ikan bakar. Ikannya dijamin segar karena baru diantarkan sore oleh para nelayan langsung,” ujar Totok, seorang pembakar ikan di warung Malioboro. Padahal dalam soal harga, warung-warung tenda ini bisa sama dengan restoran. Seekor ikan baronang seukuran telapak tangan orang dewasa, yang beratnya kurang dari satu kilogram, bisa dijual sampai Rp 60.000. Bandingkan dengan harga baronang mentah di pasar modern di Jakarta, misalnya, berkisar Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per kilogram. Dalam 1 kilogram, dengan ukuran yang sama, pembeli bisa mendapatkan 4-5 ekor ikan.

Di warung-warung tenda di Kota Sorong, harga ikan bakar berkisar antara Rp 30.000 dan Rp 60.000 per ekor. Sekali duduk, jika Anda seorang diri bisa menghabiskan sampai Rp 100.000, setelah ditambah nasi, lalapan, sambal, dan minum. Harga yang lumayan mahal buat warung sekelas kaki lima.

Bumbu khas Jawa

Kendati terbilang mahal, puluhan warung tenda di Pantai Tembok Berlin nyaris tak pernah sepi pembeli. Sepotong pantai ini bahkan menjadi keramaian malam hari, yang memberi denyut kehidupan Kota Sorong. Harapan wisatawan asal Jakarta, seperti Adrian dan Renita, yang bersama teman-temannya asal Jakarta seusai menjajal keindahan Raja Ampat, menemukan menu masakan khas Papua tidak kesampaian. Di Sorong, ia malah menemukan warung-warung tenda dengan masakan Jawa. ”Tetapi, ya, tetap dijajal. Kapan lagi bisa makan ikan yang sedang berenang, ha-ha-ha,” cerita Renita.

KOMPAS/PUTU FAJAR ARCANA Sajian ikan bakar di warung tenda Pantai Tembok Berlin, Kota Sorong.
Ketika dibakar, ikan bakar tembok berlin hanya diolesi minyak kelapa dan tidak dibalur dengan bumbu. Berbeda dengan ikan bakar di Jawa, yang biasanya sebelum dibakar dicelup dengan bumbu kuning. Bahkan setelah itu masih pula diolesi kecap. Menurut para peracik ikan bakar tembok berlin, rata-rata para pembeli di Sorong lebih menyukai ikan dengan rasa asli alias original. Rasa, yang ditimbulkan oleh racikan bumbu, didapatkan dalam beberapa jenis sambal yang disajikan bersamaan dengan ikan bakar.

”Kalau mereka butuh rasa manis, kami siapkan sambal kecap plus irisan bawang merah dan cabe ijo, ada juga sambal tomat yang segar,” kata Mas Roji. Dua jenis sambal ini secara khusus dibuat saat pembeli memesan makanan. Selama melayani para pembeli daerah di depan dan belakang tenda sama sibuknya. Di depan tenda menjadi tempat membakar ikan sampai matang, di bagian belakang tenda, para karyawan tampak sibuk menyiapkan sajian plus mengulek sambal. Warung tenda Malioboro memilih menyajikan sambal tomat yang diracik bersama cabe merah dan sedikit garam serta dibubuhi daun kemangi dalam keadaan mentah. Kesegaran tomat dan cabe memberi aroma dan rasa ikan bakar yang enaknya bukan main.

Makan di Pantai Tembok Berlin terasa makin lengkap sambil mendengarkan debur ombak, yang walau di balik tembok, cukuplah memberi kesegaran di atas piring-piring sajian di warung tenda. Karenanya, sering kali malam terlalu cepat tiba di sini. Dan, embusan angin malam membuat kita malas beranjak... (Putu Fajar Arcana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com