Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata dan Industri Kreatif Jalan Bersama

Kompas.com - 21/08/2014, 16:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan industri pariwisata di Tanah Air sangat terkait dengan perkembangan industri kreatif. Kedua industri ini harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menegaskan hal itu di Jakarta, Rabu (20/8/2014), seusai acara Forum Ekonomi Nusantara yang diselenggarakan harian Kompas dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

”Pariwisata tak bisa dipisahkan dari industri kreatif. Contohnya Dyandra Media International yang termasuk perusahaan penyelenggara MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition). MICE tergolong pariwisata. Untuk menyelenggarakan pertunjukan, perusahaan MICE seperti Dyandra memerlukan industri kreatif, mulai desain pameran, membuat pertunjukan, dan sebagainya,” kata Mari.

Dyandra adalah perusahaan di bawah Grup Kompas Gramedia.

Usaha pariwisata secara umum seperti hotel juga melibatkan proses kreatif yang tak sedikit, mulai dari arsitek, cendera mata, kuliner, hingga seni pertunjukan.

”Perkembangan industri pariwisata seiring sejalan dengan industri kreatif,” ujar Mari.

WWW.INDONESIA.TRAVEL (Kiri-kanan) Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, Ketua Menteri Malaka Datuk Idris Haron dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam Malam Apresiasi Wonderful Indonesia di Ballroom Ritz Carlton Jakarta, Kamis (12/12/2013).
Sebagaimana industri kreatif, pariwisata kadang kala sulit mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Penyebabnya, sukses atau tidaknya pameran tidak bisa dipastikan sehingga bank tak bisa melihat prospek pameran atau meminta jaminan sebagai syarat kredit.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, dengan sumbangan 7 persen terhadap produk domestik bruto dan rata-rata pertumbuhan 10 persen per tahun, subsektor ekonomi kreatif bisa mendukung turisme domestik.
Tenaga kerja

Dalam acara terpisah sebelumnya, Mari menyoroti kurangnya tenaga kerja tersertifikasi pada sektor pariwisata Indonesia. Padahal, Indonesia harus siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015.

”Jumlah tenaga kerja yang terserap sektor pariwisata sekitar 10 juta orang. Namun, yang tersertifikasi lembaga pemerintah baru 64.127 orang, sedangkan dari swasta sekitar tiga kali lipatnya. Masih jauh dari target, yaitu 3 juta orang,” kata Mari.

Menurut dia, sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata Indonesia harus terus didorong. Sebab, sertifikasi membuat pekerja Indonesia diakui negara-negara anggota ASEAN sebagai tenaga kerja yang profesional, kompeten, dan bersertifikat.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSON Anak-anak mengamati perajin anyaman rotan yang membuat tas dalam pameran Kalteng Expo 2014 di Lapangan Temanggung Tilung, beberapa waktu lalu. Anyaman rotan menjadi salah satu produk unggulan kerajinan tangan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang dibentuk menjadi tas, dompet, kotak tisu, tikar, dan sandal.
Sektor pariwisata terus diperhatikan karena sumbangan sektor ini dalam penerimaan negara semakin tinggi. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, investasi pariwisata tumbuh dari 342,2 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,1 triliun pada 2009 menjadi 602,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,2 triliun pada 2013.

Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia meningkat rata-rata 8 persen setahun dalam lima tahun terakhir. Pada periode 2005-2012, sektor pariwisata di ASEAN tumbuh rata-rata 8,3 persen per tahun, di atas rata-rata pertumbuhan pariwisata global yang hanya 3,6 persen per tahun.

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara-negara ASEAN mencapai 92,7 juta orang pada 2013, meningkat 12 persen dibandingkan tahun 2012. Padahal, pertumbuhan secara global 5 persen. (REK/A10)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SCOOP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com