Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Bangun Perjalanan Garuda Indonesia

Kompas.com - 05/09/2014, 11:37 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTISimbolis peluncuran buku
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai maskapai penerbangan nomor satu di Indonesia bukan berarti Garuda Indonesia selalu mendapat jalan mulus. Tak banyak yang tahu, dalam sepuluh tahun terakhir Garuda Indonesia kerap kali menemui situasi yang pelik. Tetapi kini, namanya berkibar di udara. Siap menjadi pilihan dan bersaing dengan pasar internasional.

Perjalanan Garuda Indonesia menjadi maskapai penerbangan Indonesia yang berhasil mengembangkan eksistensinya di mata internasional ini kemudian dikemas dalam sebuah buku berjudul "From One Dollar to Billion Dollars Company" karya Rhenald Kasali dan Direktur Utama PT. Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

"Jatuh bangun Garuda Indonesia tak lepas dari nama Emir, tak banyak yang tahu nilai Garuda Indonesia pernah hanya tinggal 1 dolar AS. Tak hanya itu, persoalan-persoalan internal silih berganti. Nilai buku Garuda Indonesia pernah hanya tinggal 1 dolar AS saja. Maaf saja, utangnya sangat besar, masalahnya begitu akut, reputasinya terpuruk," begitu buka Rhenald saat peluncuran buku ini, Kamis (4/9/2014).

Sementara itu, bagi Emirsyah hadirnya buku ini seperti sebuah kado untuk bernostalgia kembali pada saat-saat pertama ia bergabung dengan Garuda Indonesia. Emir menyebutkan bahwa buku ini merupakan perjalanan transformasi Garuda.

"Saya ingat saat pertama-tama gabung dengan Garuda dahulu, saya lebih banyak mendapat komentar yang bernada pesimis dari kolega-kolega saya mengenai Garuda," sambut Emir.

Namun demikian, lanjutnya, berkat dukungan dari berbagai pihak serta melalui program transformasi yang dilaksankan secara konseptual, konsisten, bertahap dan berkesinambungan kini Garuda bukan saja mampu bertahan namun juga berhasil meraih berbagai pencapaian signifikan. Tahun 2012 lalu, Garuda dinobatkan sebagai "The World's Best Regional Airline 2012" dan "The Best Regional Airline in Asia 2012" dari Skytrax.

Pada kesempatan itu, Rhenald sempat mengungkapkan bahwa sebagai seorang Direktur Utama, Emir banyak pula mengambil sikap spontan. 

"Yang ini ada fotonya di dalam buku, Anda perlu tahu Emir pernah melakukan aksi bersih-bersih kabin pesawat," tuturnya.

Hal itu spontan membuat Emir tersenyum, lalu menceritakan kisahnya. "Ya, di tahun 2008 saya lihat pesawat-pesawat Garuda begitu kotor, dini hari selesai penerbangan terakhir saya membersihkannya," jawabnya.

Rupanya, Aircraft Cleansing ini menjadi langkah yang Emirsyah ambil untul menumbuhkan rasa memiliki karyawan terhadap pesawat-pesawat yang dimiliki Garuda.

"Bagaimana kita mendatangkan penumpang kalau aset kita saja kotor? Apalagi di tahun itu stigma orang asing terutama menganggap maskapai penerbangan Indonesia serba kurang lah, memakai pesawat tua lah," tambahnya.

Untuk mengalihkan daya tarik penumpang untuk memakai Garuda Indonesia ternyata tak semudah saat ini. Dahulu, ungkap Emirsyah, Garuda Indonesia belum memiliki reputasi. Tetapi saat ini Garuda Indonesia menjadi pilihan prioritas di pasar nasional maupun internasional.

"Ada cerita lucu yang saya dapat saat proses penulisan buku ini, sempat warga negara asing yang memakai penerbangan ini terheran-heran ketika waktu masuk ke dalam kabin pesawat tiba. Ia tak percaya Garuda memiliki fasilitas yang sangat baik sampai harus keluar dari pesawat lagi dan bertanya-tanya apa benar ini Garuda. Saya rasa komitmen untuk memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik pada penumpang pula yang akhirnya mengangkat Garuda hingga memiliki reputasi seperti saat ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com