Alat musik tradisional khas Wonosobo ini bernama bundengan. Bahannya terbuat dari kelopak ruas bambu yang diberi senar dan bilah bambu. Bundengan dimainkan dengan cara dipetik dengan 2 tangan.
Bundengan sudah menjadi barang langka dan nyaris menjadi barang antik. Mengapa? Karena orang yang bisa memainkan alat musik ini hanya tingga 1 orang saja. Dialah Hengky Krisnawan, seniman warga Kampung Seruni, Kelurahan Jaraksari, Kota Wonosobo, Jawa Tengah.
Hengky memperagakan alat musik miliknya kepada host Program Explore Indonesia yang tayang di Kompas TV, Kamga, yang sedang bertandang ke rumahnya.
“Saya baru dengar langsung terpukau. Kalau melihat bentuknya, saya tidak terbayang bunyinya bisa seperti itu. Kalau gamelan alat musiknya banyak, kalau ini cuma 1 dan dimainin 1 orang. Jadi all in one, 1 alat bisa untuk orkestra. Tingkat kesulitannya pasti sangat tinggi,” kata Kamga, yang juga seorang musisi.
Bundengan asal muasalnya memang bukan alat musik. Awalnya berupa alat untuk berteduh penggembala bebek saat hujan, yang disebut kowangan. Fungsinya mirip caping, tapi ukurannya lebih besar dan agak memanjang.
Sebelum Hengky menguasai teknik bermain bundengan, di Wonosobo hanya ada seorang seniman yang mampu memainkannya, yaitu almarhum Barnawi.
Ketika Barnawi masih hidup, Hengky pernah bertemu dan meminta untuk diajari bermain bundengan. Setelah Barnawi wafat, kini tinggal Hengky satu-satunya yang bisa menguasai alat musik bundengan.
“Sebenarnya ada anak perempuan Pak Barnawi yang juga bisa, tapi sekarang yang saya tahu sudah jarang aktif,” jelas Hengky.
Selain sudah nyaris punah seniman yang bisa memainkan, alat musiknya sendiri juga tidak ada yang memproduksi. Alat yang dimainkan Hengky merupakan bundengan milik Barnawi yang sudah dibelinya.
Hengky pun sedang berusaha untuk membuat alat musik bundengan sendiri. Kini ia sudah memiliki 4 bundengan hasil karyanya.
“Tari lengger biasanya diiringi gamelan full set lengkap, tetapi mala mini menurut saya bundengan berhasil mewakili suara gamelan secara lengkap, dan malah memberikan kesan lebih magis untuk tari tradisional ini,” ungkap Kamga.
Saksikan selengkapnya perjalanan Kamga menyusuri Wonosobo dan Dieng, dalam program Explore Indonesia episode "Khayangan di Jantung Jawa" di Kompas TV, Rabu (24/9/2014) pukul 20.00 WIB. (Anjas Prawioko)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.