Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Rumah Si John

Kompas.com - 29/09/2014, 11:21 WIB
”RUMAH” John dan kawan-kawan terasa teduh dan asri, jauh dari kebisingan suara knalpot, meski letaknya di pinggir jalan. John adalah kepala geng gerombolan bekantan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

John yang berbadan tegap ini langsung beraksi ketika para turis mulai mengamatinya. Rasa penasaran para turis dibalas dengan sikap John yang cuek bergelantungan dari satu ranting bakau ke ranting bakau lain. Namun, John sesekali mengawasi para turis itu dari balik rerimbunan bakau.

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) merupakan lokasi wisata favorit di Kota Tarakan. Lokasinya tak lebih 1 kilometer dari ruas jalan utama kota. Tempat ini juga cocok untuk mengisi waktu santai sore hari atau sekadar berteduh.

Rerimbunan bakau di kawasan ini sanggup ”memaksa” sinar matahari kehilangan sengatnya. Hawa terasa sejuk. Asyiknya lagi, tak perlu berbecek ria untuk menyusuri jengkal demi jengkal KKMB sebab ada jalur tracking berupa papan-papan kayu ulin selebar 1,5 meter-2 meter.

Bangku kayu di sejumlah sudut bisa dijadikan tempat istirahat sejenak. Jangan khawatir soal kebersihan karena banyak tersedia bak sampah. Bak sampah ini terkadang membuat bekantan penasaran melongok untuk mengetahui isinya sehingga sebagian isi bak sampah tumpah dan jatuh ke rawa.

Karena terbiasa bersua manusia, bekantan di KKMB cuek saja menjadi sasaran jepretan kamera. Pengunjung bisa memotret primata ini dari jarak 5 meter. Sesuatu yang tak bakal bisa dilakukan di hutan bakau, habitat aslinya, karena bekantan hewan pemalu.

Kesan pertama langsung membekas begitu Rita (32), warga Gunung Samarinda Baru, Balikpapan, tiba di KKMB. ”Jarang bisa melihat bekantan dari jarak dekat. Bekantannya pun banyak. Suatu waktu nanti, saya akan ke sini lagi,” kata Rita yang datang bersama keluarganya.

Waktu yang tepat untuk melihat gerombolan bekantan adalah pukul 11.00-14.00 Wita. Di rentang waktu itu, bekantan-bekantan akan turun dari rerimbunan bakau menuju lokasi petugas meletakkan menu mereka, yaitu pisang kepok bertandan-tandan.

”Makanan alami bekantan adalah bakau, baik daun maupun buahnya. Pisang bukan makanan yang dikenal bekantan. Kami memberi pisang hanya karena variasi menu dan mereka pun mau. Bukan karena bakau di sini kurang,” ujar Jamil, petugas KKMB.

Dok. Kompas TV Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Utara
Di KKMB, bekantan terbagi dalam dua grup. Satu diketuai John, satunya lagi di bawah komando Michael. Dalam keseharian, Michael takut terhadap John. Begitu John mendekat, Michael langsung kabur. Namun, pagi itu, John ”mengizinkan” rivalnya lebih dulu mengambil pisang.

Inilah saat yang tepat untuk mengambil foto. Dari pucuk bakau, Michael memimpin kawanannya meluncur turun. Meraup pisang, lalu bergegas naik. Selang beberapa menit, barulah John turun dengan santai.

”Boleh mendekat untuk memotret, tapi jangan terlalu dekat,” pesan Jamil.

Ada 35 bekantan, baik dewasa, anak-anak, maupun bayi, di KKMB. Namun, bukan mereka saja penghuni KKMB karena ada banyak satwa lain, misalnya monyet ekor panjang. Meski demikian, Anda barangkali tidak menemukan monyet karena mereka sedang keluyuran ke luar area KKMB.

Tak perlu terburu-buru menikmati setiap jengkal KKMB. Tempat ini dibuka pukul 09.00-17.00 Wita. Semakin menyenangkan karena tiket masuknya pun dibanderol murah, Rp 3.000. Maklum, KKMB adalah milik Pemerintah Kota Tarakan. KKMB menjadi salah satu ikon wisata kota itu.

Paru-paru kota

Sejarah KKMB bermula tahun 2001 ketika pembangunan di Tarakan pesat. Pemkot Tarakan memikirkan pentingnya kota memiliki kawasan mangrove sebagai paru-paru kota. Wali Kota Tarakan saat itu, Jusuf SK, kemudian menerbitkan surat keputusan tentang pemanfaatan hutan mangrove sebagai kawasan mangrove seluas 9 hektar.

Awalnya, hanya ada dua bekantan di KKMB. Menurut Jamil, mereka lalu beranak pinak dan kini jumlah bekantan telah mencapai 35 ekor. Area KKMB yang awalnya 9 hektar lalu bertambah menjadi 22 hektar.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Hutan bakau yang dikelola swadaya oleh masyarakat di Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Selain pusat konservasi, hutan bakau seluas lebih kurang 150 hektar tersebut merupakan habitat bagi bekantan dan menjadi tujuan wisata alam.
Pemerhati bekantan yang juga pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda, Yaya Rayadin, mengatakan, KKMB adalah solusi ketika habitat bekantan di perkotaan mulai tergusur. Hewan ini tidak bisa ”bertarung” untuk mempertahankan diri.

”Mereka cenderung menyingkir ketika habitatnya, yakni bakau, dibabat. Keterikatan yang sangat tinggi dengan bakau yang juga adalah pakan hariannya ini membuat bekantan termasuk hewan yang nyaris mustahil ditempatkan di kebun binatang,” ujar Yaya.

Tarakan beruntung memiliki KKMB yang tepat berada di jantung kota. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, KKMB juga menjadi tempat wisata edukasi. Meski demikian, Yaya mengingatkan, jumlah bekantan yang terus bertambah tentu harus ditunjang dengan perluasan area. (Lukas Adi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Ada Parkir dan Resto Nakal yang Beri Harga Tak Wajar di Bantul, Ini Cara Laporkannya

Travel Update
Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Jakarta Aquarium Safari di Neo Soho, Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Tangal Merah dan Cuti Bersama di bulan April 2024, Ada Lebaran

Travel Update
Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Mengenal Kampung Inggris, Belajar Sembari Liburan

Jalan Jalan
Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia dari Tangerang naik Transjakarta

Travel Tips
12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

12 Maskapai Ajukan Penerbangan Tambahan Saat Libur Lebaran 2024

Travel Update
Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Jakarta Aquarium Safari Tambah Tiket dan Show Saat Libur Lebaran

Travel Update
Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Festival Bunga Tulip Terbesar di Belanda Dibuka untuk Umum

Travel Update
KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Gunakan Kereta Eksekutif New Generation mulai 29 Maret

Travel Update
Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Taman Asia Afrika, Area Sejarah di Kiara Artha Park di Bandung

Jalan Jalan
Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Omah UGM, Cagar Budaya di Kotagede Yogyakarta Bisa untuk Spot Foto

Jalan Jalan
Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Harga Tiket Jakarta Aquarium Safari Lebaran 2024, Simak Cara Belinya

Travel Update
Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Penginapan Tengah Hutan di Bantul Yogyakarta, Tawarkan Kelas Yoga

Hotel Story
Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Cara ke Pameran Sampul Manusia Naik KRL dan Transjakarta

Travel Tips
Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Wisatawan Sudah Bisa Naik ke Atas Candi Borobudur, mulai Rp 150.000

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com