Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masakan Mandar yang Cetar

Kompas.com - 01/10/2014, 07:43 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Senin malam, 15 september 2014, saya dijamu makan malam oleh keluarga S. Faisal bin Sahil di Desa Pambusuang, salah satu desa di kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar.

Beralaskan karpet merah yang digelar di lantai, ruang tamu keluarga Faisal itu pun disulap menjadi ruang makan. Nyonya Faisal dan puterinya dengan penuh hikmat menata minuman dan masakan di atas karpet.

Lantaran terletak di pinggir pantai, maka menu yang disajikan pun sudah bisa diterka sejak awal. Pastilah menu yang tersaji serba masakan laut. Ada nasi, ikan parua-rua bau tapa (ikan asap), bau peapi (ikan dimasak dengan pamessang atau asem mangga muda, rasuna mandar atau bawang mandar, cabe, lada, dan kunyit), batte anjoro (kelapa sangrai), penja (ikan yang ditumis dengann tomat, cabai dan lada, bawang merah), serta abon ikan.

Saya buka santap malam ini dengan meminum setegak air bening, sebelum akhirnya menyantap satu demi satu masakan yang tersaji. Entahlah apa soalnya, saya langsung jatuh cinta dengan masakan khas Mandar ini. Semua yang saya santap begitu sensasional di lidah. Ikan asapnya begitu renyah di mulut, sementara aroma kayu menjelajah rongga mulut saya. Demikian juga masakan bau peapi. Rasa asam dari mangga muda berselisih lalu dengan rasa pedas dari cabai Mandar yang menyengat.

Makan malam ini melengkapi makan pagi tadi. Saat makan pagi, saya menikmati sayur bening buah kelor. Seumur-umur baru merasai buah kelor. Selama ini saya hanya tahu dan pernah merasakan, biasanya yang dimasak adalah daunnya. Belakangan saya jadi tahu, bahwa pohon kelor yang menghasilkan buah, daunnya tidak enak dimasak, begitu pun sebaliknya. Rasa masakan buah kelor seperti laiknya sayur bening di darah Jawa. Cuma, sensasi yang ditimbulkan adalah rasa lembut buah kelor saat masuk ke mulut. Hmmm...

Semua yang saya santap sungguh jadi sensasi baru bagi lidah saya. Penyebabnya adalah karena bumbu pamessang yang memberi sentuhan asam, dan bawang mandar yang meruapkan wangi yang khas, ditambah minyak kelapa mandar yang harum dan mengajak penikmatnya untuk menyantap masakan mandar.

Makan besar ini tidak saya sia-siakan. Tiap suwir ikan saya resapi betul. Terasa benar bumbu dan tekstur ikan segar yang baru diangkat dari laut. Saya pun jadi ingat pada Dahri Dahlan. Seorang pengamat budaya Mandar yang juga tinggal dan berasal dari Pambusuang. Dahri bercerita, ikan-ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Pambusuang bisa dipastikan ikan-ikan segar yang baru dientas dari laut. Para nelayan itu pergi melaut dengan perahu-perahu sandeq yang ramping hanya dengan berbekal pancing. Setelah beroleh cukup ikan untuk dikonsumsi keluarga dan dijual ke pasar, mereka pun menepi ke pantai. Begitu setiap harinya aktivitas nelayan di Pambusuang, desa di mana keluarga Pak Faisal menetap.

O iya, sehari sebelumnya, saya juga merasai kudapan makanan ringan yang tak kalah nikmatnya. Panitia Sandeq Race 2014 menjamu saya di tepi pantai Bahari Polewali Mandar. Di meja makan ada tallo panyu, ketan diisi unti. Gogos, lemper isi abon ikan yang dipanggang. Tetu, dibuat dari tepung beras, santan, gula merah, dimasukkan ke takir daun pandan. Paso, terbuat dari tepung beras, santan, dan gula merah dimasukannke daun pisang yang berbentuk kerucut. Buras, beras dimasak santen yang dibungkus daun pisang muda.

Dari semua pengangan di atas, yang langsung cocok di lidah adalah gogos. Maklumlah, rasanya memang senada dengan lemper di Jawa. Cuma, karena dipanggang dan diisi dengan abon ikan, rasa gurihnya lebih 'nendang' ketimbang lemper yang saya kenal selama ini.

Betapapun, wisata kuliner selama beberapa hari di Kabupaten Polewali Mandar, telah memberikan pengalaman lidah saya jadi tambah kaya. Bagi saya, masakan Mandar tergolong 'cetar' di lidah.  Jika anda tertarik, segeralah terbang ke bumi Mandar, yang memakan sekira lima jam perjalanan dari Makassar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com