Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tabot Potensial Tingkatkan Kunjungan Wisatawan ke Bengkulu

Kompas.com - 26/10/2014, 13:31 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Jumat (24/10/2014) pukul 21.00 WIB Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah resmi membuka Festival Tabot 2014. Selain dihadiri para kepala daerah kabupaten/kota se-Bengkulu, ribuan warga berkumpul menyemut di Lapangan Merdeka. Festival Tabot merupakan rangkaian tradisi wisata sejarah budaya dan religi di Bengkulu yang dimulai setiap 1 Muharam hingga tanggal 10.

"Festival Tabot merupakan cerita sejarah masuknya Islam ke Bengkulu dan juga dilatarbelakangi oleh ritual keluarga keturunan Tabot yang penuh dengan seni dan budaya, dan festivalnya dilakukan selama 10 hari diisi beragam kegiatan rakyat yang bernapaskan Islami," kata Junaidi Hamsyah.

Selama 10 hari itu Bengkulu akan diramaikan dengan festival rakyat, seni hiburan, pasar, dan beragam perlombaan pemukulan dol (semacam beduk khas Bengkulu). Festival Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).

Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo) menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabot. Hingga kini keturunan Imam Senggolo itulah tetap melestarikan ritual Tabot di Bengkulu sehingga pemerintah daerah menetapkannya sebagai agenda wisata tahunan.

Ritual akan semakin berkesan sakral saat keturunan Imam Senggolo melakukan ritual ambik tanah (mengambil tanah) dan cuci jari-jari (replika jari cucu Rasulullah SAW). Pengarakan jari-jari tersebut dilakukan di sepanjang jalan Kota Bengkulu diiringi dengan berbagai macam jenis tabot yang dibuat semarak. Selanjutnya pada hari terakhir 10 Muharam tabot-tabot tersebut akan dibuang ke laut dan ini menjadikan pandangan menarik tersendiri bagi wisatawan.

KOMPAS.COM/FIRMANSYAH Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah membuka Festival Tabot 2014, Jumat (24/10/2014), di Lapangan Merdeka, Bengkulu.
Tabot sendiri dari beberapa literatur menyebutkan berasal dari kata At-Tabut yang secara harfiah memiliki arti kotak atau peti. At-Tabut sudah ada sejak zaman Nabi Musa dan Harun, pada waktu itu At-Tabut dibawa turun ke bumi oleh malaikat. Menurut kepercayaan Bani Israel, At-Tabut ini adalah sebuah peti atau kotak tempat menyimpan jenazah pemimpin mereka. Mereka meyakini bahwa At-Tabut harus tetap berada di tangan mereka karena hal ini akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya musibah akan datang apabila At-Tabut tidak berada di tangan mereka.

At-Tabut dalam bentuk yang lain muncul pada waktu terjadi perang antara Amir Hussain (cucu Nabi Muhammad SAW) melawan kaum Khawarij di Padang Karbala (Irak). Dalam pertempuran di Karbala, Amir Hussain dan pengikutnya mengalami kekalahan karena jumlah yang tidak seimbang. Amir Hussain gugur dalam pertempuran tersebut. Ketika tubuh Amir Hussain diketemukan oleh para pengikutnya, maka turunlah bangunan aneh yang sangat indah dan mengangkat tubuh Amir Hussain.

Meski Festival Tabot merupakan agenda rutin daerah sayangnya potensi ini tak pernah dikelola secara maksimal yang dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Bengkulu. Bahkan, terkesan festival ini dilakukan hanya sebagai formalitas saja. "Setiap tahun Tabot selalu seperti itu saja tak ada langkah kreatif yang dilakukan pemerintah sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, padahal potensi Tabot luar biasa," ujar Nurman, warga Bengkulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com