"Pelukis bisa saja berkreasi sesuai perkembangan zaman, namun pembeli yang tidak ada atau pasaran lukisan dari Bali ke pasaran mancanegara masih lesu," kata Wayan Sunarta seorang pelukis muda asal kawasan wisata Ubud, Kabupaten Gianyar, Sabtu (1/11/2014).
Menurut Wayan, dulu memang gampang memperoleh gemerincingan dollar dari wisatawan yang sedang berlibur, tetapi semenjak munculnya resesi ekonomi dunia hingga sekarang perdagangan seni lukis tampaknya berkurang.
"Walau pun masih ada pembeli atau kolektor jumlahnya tidak secerah belasan tahun silam sebelum adanya serangan bom Bali," kata pria setengah baya itu menuturkan kondisi nyata para pelukis muda di seputaran kawasan wisata Ubud.
Sebagai daerah wisata, nama Ubud sudah dikenal di dunia internasional. Ubud banyak dikunjungi turis asing asal Tiongkok, Jepang, Korea dan Asia lainnya. Namun tidak banyak turis yang membeli hasil goresan tangan seniman daerah itu, dan kondisi ini berkelanjutan hingga sekarang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, mencatat perdagangan luar negeri khusus untuk lukisan dari Bali belum bergairah seperti awal perkembangan dunia pariwisata di daerah ini, namun sudah mulai agak bangkit walau pun masih relatif sedikit.
Semakin banyak turis ke Pulau Dewata belum tentu mereka membeli lukisan, karena penikmat dari barang seni tersebut terbatas. Para kolektor mancanegara sering datang ke Bali, hanya saja jarang ada yang memesannya.
"Kecilnya realisasi ekspor lukisan Bali kemungkinan besar sebagai dampak dari krisis ekonomi global dan tanda-tanda perbaikan belum kondusif seperti di Amerika Serikat, Eropa dan negara besar lainnya," keluh Wayan Sunarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.