"Kita harus periksa diri sendiri terkait kesiapan menghadapi MEA. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) ini relatif sektor yang paling siap (menghadapi MEA)," katanya dalam dialog bersama pelaku pariwisata di Denpasar, Bali, Kamis (13/11/2014).
Menurut Hanif, sektor pariwisata merupakan satu dari delapan prioritas yang harus dipersiapkan menjelang persaingan bebas di negara kawasan Asia Tenggara itu.
Kesiapan tersebut telah diantisipasi dengan pemberlakuan sertifikasi kompetensi bagi para pekerja di sektor pariwisata.
Pemerintah meminta setiap perusahaan mempekerjakan tenaga kerja yang telah lulus sertifikasi kompetensi melalui 46 standar.
Meski dinilai paling siap, namun kondisi pertumbuhan pariwisata Indonesia masih berada di posisi empat di negara kawasan ASEAN. Padahal pertumbuhan pariwisata di kawasan ASEAN pada 2005-2012, menurut Hanif, rata-rata tumbuh 8,3 persen, sedangkan pertumbuhan secara global baru mencapai sekitar 3,6 persen.
Sementara itu, pada 2013 tercatat jumlah kunjungan wisatawan ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara mencapai sekitar 92,7 juta orang atau naik sekitar 12 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.
"Daya saing pariwisata Indonesia juga meningkat dari peringkat 74 kini naik menjadi peringkat 70 dari 140 negara di dunia," ucapnya.
Pernyataan terkait kesiapan sektor pariwisata dalam menghadapi MEA 2015, juga diakui oleh sejumlah pelaku pariwisata di Pulau Dewata. "Berbicara pariwisata, kami di sektor pariwisata di Bali sangat siap menghadapi MEA," kata Ketua PHRI Badung, Rai Suryawijaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.