Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Seni Tradisi Lewat Barang Bekas

Kompas.com - 24/11/2014, 19:43 WIB
BARANG bekas tidak selalu tanpa guna. Di tangan orang-orang kreatif, barang bekas bisa menjadi sarana melestarikan seni tradisi. Rabu (12/11/2014), Djoko Redi, pembuat patung dan topeng dari kertas bekas asal Malang, mengajari sejumlah pelajar dan masyarakat untuk membuat topeng Malangan dari kertas bekas.

”Yang penting telaten mengerjakannya maka akan bisa. Menekannya harus cukup kuat agar padat dan topengnya terbentuk,” ujar Djoko memberikan instruksi kepada mereka yang belajar membuat topeng dari kertas bekas. Sebelumnya Djoko juga sudah membuat aneka patung dengan kertas bekas.

Angelika Dibijo (15), siswa kelas I SMAK Santo Albertus, Kota Malang, yang saat itu belajar membuat topeng, terlihat serius mengisi cetakan topeng dengan bubur kertas. Sambil sesekali bertanya kepada Djoko, tangan pelajar tersebut tak henti-hentinya mengisi cetakan dengan bubur kertas. Setelah terisi penuh, ia segera mengeringkan topeng buatannya dengan pengering rambut.

Tiba saat melihat hasilnya, Angelika pun terlihat kecewa karena topeng Kelono yang dibuatnya rusak di bagian hidung. ”Sebenarnya membuat topeng ini mudah, tetapi kalau tidak kuat menekannya akan rusak seperti ini,” ungkap Angelika sambil mencoba membuat topeng kembali.

Djoko mengatakan, tujuannya mengajari membuat topeng dari bahan kertas bekas semata-mata hanya untuk mengenalkan seni topeng Malangan kepada masyarakat luas. Topeng Malangan adalah budaya asli Malang yang menurutnya tidak boleh hilang.

”Sekarang tidak mudah mendapatkan topeng Malangan di Malang sendiri. Hanya di tempat tertentu dan dalam acara tertentu saja kita menemukan topeng Malangan. Dengan semakin banyak orang bisa membuat topeng secara sederhana, maka minimal orang akan mudah mengenal topeng Malangan terlebih dahulu. Kalau sudah mengenalnya, maka akan ada ketertarikan untuk melestarikannya,” ujar Djoko.

Murah

Membuat topeng Malangan berbahan kertas bekas pun cukup murah. Hanya dengan Rp 10.000 saja sudah bisa. Ini hanya untuk membeli lem atau cat. ”Kalau membuat topeng dari kayu, mungkin kita harus mengeluarkan uang minimal Rp 125.000-Rp 150.000 guna membeli kayu dan peralatannya. Cukup mahal bagi masyarakat umum,” ujar Djoko.

Workshop tersebut merupakan rangkaian kegiatan UKM Fotografi Format ITN Malang yang mengusung tema Memperkenalkan Budaya Asli Malang Melalui Media Foto di Dewan Kesenian Malang. Selain workshop membuat topeng Malangan dari kertas bekas, Format ITN juga menggelar pameran foto mengenai topeng Malangan.

Selain Djoko, Kota Malang juga memiliki pengukir botol bekas bermotif wayang. Pengukir botol bekas menggunakan paku bekas dan pasir kali tersebut adalah Syamsul Subakri.

”Botol bekas yang kelihatannya tidak berguna bisa dimanfaatkan menjadi barang seni asal kita mau. Yang terpenting adalah kita bisa membantu mengurangi sampah, dan menjadikannya menjadi barang bermanfaat,” ujar pria yang lebih akrab dipanggil Karjo tersebut.

Karjo pun mengajarkan keahliannya kepada para pelajar di Malang. Harapannya, dari barang bekas akan terlahir karya seni yang didasari semangat cinta tradisi. (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com