Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Gugur Kelabu di Perancis, Pelesir Jalan Terus...

Kompas.com - 05/12/2014, 13:25 WIB
MUSIM gugur tahun ini di Perancis tidak seperti biasanya. Padahal musim gugur adalah musim yang paling saya sukai. Di mana pohon-pohon seolah bersiap untuk tidur selama berbulan-bulan dengan melepaskan daun-daun keemasannya, hingga musim semi membangunkan mereka. Menjadi segar, dan warna hijau diselingi semaraknya aneka warna bertebaran.

Tapi musim gugur kali ini, berbeda sekali. Hujan boleh dibilang menjadi pengisi tetap keseharian. Hujan deras yang kadang hanya memakan waktu 3 jam, namun kualitasnya berbanding dengan hujan selama 3 hari tanpa berhenti. Membuat air melimpah, meluap. Dan banjir pun terjadi di mana-mana.

Banjir? Masa sih, memang ada banjir di Perancis? Itu kata yang dilontarkan beberapa kerabat ketika saya bercerita jika kota kami di Montpellier dan beberapa kota lainnya di Perancis dibuat lumpuh akibat banjir. Bukan hanya lumpuh, hingga memakan korban. Membuat kerabat dan keluarga kami cemas, was-was dengan keadaan kami yang diberitakan dalam situasi siaga.

DINI KUSMANA MASSABUAU Banjir di Montpellier, Perancis, tahun ini tepat berada kurang dari 1 kilometer dari sekolah anak kami.
Kota saya, Montpellier, saat hujan deras datang dan membuat banjir, mengubah kota menjadi danau dadakan. Saat itu kedua anak saya sedang berada di sekolah. Tentu saja pihak sekolah segera meminta para orang tua untuk menjemput anak mereka. Dan untuk menjemputnya ini saya harus mencari jalan yang tidak terkena banjir. Karena salah sedikit kelelep sudah mobil saya.

Para orang tua yang terjebak mobilnya atau tidak memungkinkan menjemput anak mereka, saling kami bantu. Teman-teman Adam, saya antar ke rumah mereka masing-masing, tentu saja itupun dengan rasa deg-degan karena banyak jalan yang sudah tak mungkin dilewati.

Dan baru kali ini, saya merasakan terkena musibah. Karena apartemen kami yang berada di tengah kota dan sedang direnovasi, gudangnya habis terbenam air. Kami tak sempat menyelamatkan barang-barang mebel yang kami simpan di dalamnya. Tapi untungnya, kejadian banjir kemarin itu dianggap musibah alam. Sehingga pemerintah setempat memberikan kami penggantian bagi kerusakan yang kami alami.

Bravo untuk ketanggapan mereka dengan cepat! Dan memang kejadian kemarin itu, membuat saya merasa beruntung dengan kota Montpellier, karena sangat cepat dan tanggap dalam menghadapi musibah ini.

DINI KUSMANA MASSABUAU Musim gugur tahun ini langit selalu kelabu dalam perjalanan menuju Lozere mencari jamur.
Musim gugur yang biasanya hawa mulai turun menjadi dingin pun tak terlalu terasa. Di Perancis selatan di beberapa kota, misalnya Montpellier dan sekitarnya kadang suhu di siang hari bisa mencapai 26 derajat. Hal ini tentu saja dianggap tak lazim di musim yang seharusnya suhu sudah berada sekitar 17 derajat maksimum.

Dan karena hangatnya masih bisa dirasakan, maka acara ke pantai begitu udara cerah langsung membuat pantai penjadi penuh. Bahkan masih banyak yang berenang, karena air laut yang biasanya sudah membuat menggigil, malah masih saja terasa enak di kaki, yaitu 22-23 derajat.

Drastisnya perubahan alam inilah yang menurut para ahli membuat iklim menjadi tak menentu. Mungkin alam sendiri sudah tak merasa nyaman dengan keadaan saat ini, sehingga protes dengan caranya. Ketika alam merasa diusik, tak heranlah jika manusia lah yang pada akhirnya mendapatkan jeranya...

Memang saya sendiri akui, ketika datang dulu di Montpellier tahun 2000, masih banyak sekali perkebunan anggur yang masih bisa ditemui. Taman-taman liar pun menjadi tempat keseharian para manusia untuk melepas penat. Istilahnya Montpellier 14 tahun yang lalu, hijaunya masih monoton. Kini, perkebunan anggur sudah berganti dengan bangunan menjulang, pusat komersial.

DINI KUSMANA MASSABUAU Kastil Chenonceau di Perancis pada musim gugur.
Dan karena Montpellier menjadi tujuan utama masyarakat Perancis untuk hidup setelah berkeluarga karena iklimnya yang lebih hangat dibandingkan kota lain, jadilah lahan-lahan yang tadinya rimbun dengan pepohonan, dalam jangka waktu beberapa tahun, terganti dengan beton-beton apartemen. Alasannya untuk mencukupi derasnya minat masyarakat untuk bermukim di daerah Perancis selatan.  Ya... begitulah di mana pun tinggal rasanya saat ini pembangunan menjadi prioritas utama. Tak bisa bangun ke samping ya ke atas! Bangunan sudah mengalahkan ketinggian pohon.

Hal ini yang membuat kami sekeluarga, yang hidup di kota, selalu membutuhkan waktu untuk berlibur menyatu dengan alam. Karena itu, acara menabung untuk plesir sudah menjadi bagian dalam kehidupan kami. Dari mulai kami sebagai orang tua hingga anak, setiap menjelang liburan, sudah mulai mencari tempat mana sekiranya yang akan kami datangi. Semuanya disesuaikan dengan budget tentunya.

Boleh dibilang cara kami berlibur termasuk yang hemat. Dari mulai mencari tempat tinggal hingga soal makanan. Transpor pun jika memungkinkan dengan kendaraan pribadi. Soal makanan, biasanya saya selalu membawa beberapa persediaan penting bagi keluarga. Jadi tak perlu lagi harus jajan atau makan di restoran. Sistim piknik malah lebih disukai anak-anak.

Biasanya kunjungan kami adalah mendatangi kastil-kastil atau taman. Musim gugur, wajah dan karaktek kastil juga taman, bagi saya semakin memesona. Karismanya semakin terlihat, dengan teduhnya udara dan warna-warna pohon yang menguning.

DINI KUSMANA MASSABUAU Inilah jamur cèpe di Perancis yang paling digemari dan dicari setiap tahunnya.
Selain itu, di awal musim gugur di bulan Oktober, biasanya wisata kami lainnya adalah, mencari jamur! Di musim-musim ini, jamur memang menjamur! Sesuai namanya ya ?! Nah jamur cèpe adalah yang paling kami gemari. Mencarinya pun di hutan-hutan. Tapi tidak hanya jamur cèpe saja yang banyak ditemui di musim gugur, jenis jamur lainnya pun lebat sekali. Hanya untuk berburu jamur, harus sabar dan jeli tentunya.  Yang paling baik adalah sehari setelah hujan turun, udara mulai hangat. Nah disitulah, biasanya jamur-jamur bermunculan. Tak heran ketika itu, banyak orang yang berburu jamur.

Meskipun sudah masuk ke dalam hutan, saling simpang antara manusia pun jadi biasa. Semuanya tujuannya satu, berburu jamur. Rata-rata membawa keranjang. Buat yang sudah jago dan biasanya, yakin sekali tempat-tempat yang biasanya mereka akan temui tipe jamur yang enak dan mahal jika dibeli di pasar. Tapi harus hati-hati juga dalam berburu jamur. Karena banyak sekali jamur yang bermunculan, bahkan bentuk dan warnanya membuat mata gemas, dan mengira rasanyapun akan enak. Padahal banyak jenis jamur seperti ini justru yang beracun ! Memang disarankan dalam berburu jamur, mengenal dengan baik setiap jenis jamur yang ditemui.

Sudah beberapa tahun ini, kami berempat berburu jamur di awal musim gugur, menjadi agenda tetap. Kedua anak kami, sangat menyukai berjalan dalam hutan, sambil rebutan siapa yang terlebih dahulu menemukan jamur sebagai pemenangnya. Bila sudah dapat, akan kami bersihkan dan setelah dipilah-pilah lalu diiris, kami timbang dan bekukan, sebagai persediaan selama beberapa bulan. Jamur-jamur yang kami temukan sangat lezat.  Hanya dengan ditumis dengan minyak zaitun, ataupun dicampur dalam saus daging yang dimasak selama berjam-jam. Soal rasa, hemm... nikmat dan lezat!

Hanya kami akui, tahun ini baru sekali kami bisa menikmati jalan-jalan di hutan berburu jamur. Dan sayangnya, tak seperti biasanya. Lebatnya hujan yang turun, ternyata tak membuat jamur ingin keluar, mereka memilih bersembunyi. Kecewa tentu saja, namun kenikmatan berjalan kaki bersama dalam ribunan pohon. Memasuki hutan, menebak jenis pohon yang kami temui. Dikagetkan oleh bunyi binatang, kumbang dan dibuat menjerit karena berpapasan dengan ular kecil, hal yang bisa menghibur hati, disaat cuaca di musim gugur tahun ini tak terlalu bersahabat.

DINI KUSMANA MASSABUAU Jamur merah ini banyak ditemukan di hutan Perancis, sayangnya jamur jenis ini beracun.
Namun alam masih bisa menghibur. Semoga musim gugur yang akan datang lebih menyenangkan, di mana pohon melepaskan pakaian hijaunya berganti mengenakan gaun jingganya. Melepaskan setiap lembar dedaunan karena embusan lembut angin. Mempersiapkan batang dan ranting, terlelap tidur dengan rintikan air dari awan. Membuat jalan dilapisi permadani daun kemerahan. Itulah musim gugur yang selama ini dinantikan. Semoga itulah yang akan datang di tahun mendatang... (DINI KUSMANA MASSABUAU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com