Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerhana Matahari Potensial Menarik Wisatawan dan Fotografer

Kompas.com - 17/12/2014, 10:41 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena alam gerhana matahari merupakan momen yang bisa menarik kunjungan wisatawan mancanegara. Tak hanya para ilmuwan, tetapi juga dari kalangan fotografer. Menurut Denny Herliyanso, fotografer profesional yang juga biasa berburu foto gerhana matahari, fotografi bisa menjadi jendela untuk mempromosikan dunia.

"Fotografer bisa melakukan persiapan 3-4 tahun untuk mengejar momen gerhana yang hanya terjadi 3-4 menit. Fotografer mengejar ini (gerhana matahari) ke seluruh dunia. Keuntungan ini yang harus bisa dimanfaatkan daerah-daerah," katanya saat seminar mengenai Discover Indonesia's Solar Eclipse 2016 di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Gerhana Matahari Total (GMT) akan terjadi di Indonesia pada 9 Maret 2016. Gerhana diperkirakan melintasi beberapa daerah di Indonesia seperti Palembang, Palangkaraya, Palu, Ternate, dan lainnya. Beberapa travel agent luar seperti dari Singapura, sudah mulai menjual paket wisata GMT Indonesia 2016.

Menurut Denny, ada beberapa hal yang perlu disiapkan pemerintah daerah maupun stakeholder di daerah tersebut dalam memanfaatkan momen tersebut untuk menjaring wisatawan, termasuk fotografer. Misalnya, ketersediaan informasi mengenai waktu pelintasan.

"Juga bisa kerja sama untuk menyediakan tim teknisi kamera. Jadi kalau ada fotografer yang kameranya rusak, sudah ada teknisi yang siap. Ini bisa menjadi poin plus bagi fotografer yang ingin datang," katanya.

Hal teknis lainnya misalnya perlu disiapkan foreground yang berciri khas daerah setempat. Sehingga fotografer bisa mendapatkan foto menunjukkan suatu ciri khas lokasi tersebut dengan latar belakang gerhana matahari. Foto-foto seperti ini tentu akan menyebar ke seluruh dunia dan destinasi yang menjadi lokasi bisa semakin dikenal. Apalagi peristiwa GMT adalah fenomena alam langka.

TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI Anggota Jogja Astro Club tengah mengamati fenomena alam gerhana matahari sebagian yang terlihat dari Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (10/5/2013). Gerhana matahari sebagian tersebut berlangsung mulai pukul 05.58 WIB hingga pukul 06.25 WIB.
"Misalnya kalau di Palu, itu bisa ditempatkan kapal phinisi misalnya atau yang khas dari Palu, seperti rumah panggung. Jadi foreground-nya rumah panggung, belakangnya gerhana matahari. Itu bisa dibikin, tidak harus permanen. Kalau hanya pohon kelapa, itu di mana-mana banyak. Kalau tidak ada foreground, orang tidak akan tahu itu foto di Indonesia atau di mana," jelas Denny.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palu berencana menyambut GMT di Teluk Palu. Sehingga latarnya adalah pantai dan laut. Hal lain yang perlu diperhatikan, tutur Denny, adalah masalah toilet bersih yang perlu disediakan untuk para pengunjung. Juga tempat sampah yang banyak agar tak mengotori lokasi pengamatan GMT.

Sementara itu, Direktur Bosscha Observatory Mahesa Putra menuturkan musuh utama dalam pengamatan GMT adalah awan. Ia mengaku hal ini sudah sering terjadi berkali-kali pada pemburu gerhana matahari.

"Seperti orang Jerman tahun 90-an ada yang datang jauh-jauh ke Indonesia untuk melihat gerhana, tetapi tertutup awan," ungkap Mahesa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com