Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/12/2014, 15:03 WIB

MEMPESONA Begitulah gambaran deretan pantai yang membentang di pesisir selatan Pacitan. Barisan pantai di kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur ini tidak hanya menawarkan hamparan pasir yang putih lagi lembut dan air laut nan biru bagaikan safir, lo. Lingkungannya juga masih asri dan sepi, menawarkan ketenangan sejenak dari hiruk pikuk kota.

Belasan pantai di daerah berjulukan kabupaten seribu gua ini tak hanya punya pemandangan yang elok, juga memiliki kekhasan masing-masing. Sebut saja, Klayar yang populer dengan aneka menara batu di sisi timur pantai hasil pahatan hantaman ombak Laut Selatan. Dan, fenomena alam unik berupa semburan air laut yang diikuti oleh suara melengking. Masyarakat sekitar menyebutnya: seruling samudra. Lalu, Pantai Srau yang memiliki gugusan pulau kecil atawa sea stack yang berbentuk seperti jamur.

Pulau-pulau ini menjadi tempat persinggahan burung migran dari Australia ke Asia saat pergantian musim. Tapi, tujuan kita bukan ke Klayar dan Srau, ya, melainkan Banyu Tibo. Pantai yang terletak di Desa Widoro, Kecamatan Donorejo, ini belum sepopuler Klayar dan Srau, atau pantai lain di Pacitan, seperti Teleng Ria serta Watu Karung.

Meski begitu, pantai yang berjarak sekitar dua jam perjalanan darat dari Kota Pacitan ini memiliki fenomena alam yang memikat. Seperti namanya yang dalam bahasa Jawa berarti air jatuh, Anda bisa melihat air terjun di Banyu Tibo, persis dihadapan bibir pantai yang terjepit dua bukit karang. Penasaran? Yuk, berangkat ke Banyu Tibo.

Anda yang memulai perjalanan dari Kota Pacitan mesti menyewa mobil lantaran tidak ada angkutan umum sampai ke pantai itu. Tarif sewa mobil di kota kelahiran Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono ini berkisar Rp 500.000 sehari. Untuk bisa tiba di Banyu Tibo, Anda bisa melewati Jalan nasional 3 kemudian Jalan Pacitan Donorejo. Sampai di pertigaan Punung, silakan belok kiri yang juga merupakan akses menuju Pantai Klayar. Tapi, mulai dari titik ini, jalan menuju Banyu Tibo sempit dan rusak.

Tambah lagi, jalurnya berkelok-kelok dan punya turunan tajam. Anda perlu ekstra hati-hati. Meski begitu, dijamin Anda tidak bakal bosan. Deretan tebing karang nan eksotis yang berselang-seling dengan ladang milik warga akan memanjakan mata Anda. Juga jangan khawatir tersesat. Penunjuk jalan menuju Banyu Tibo cukup jelas.

Jika masih ragu, silakan tanya kepada warga sekitar yang dengan ramah akan memberi panduan arah. Sayang, selepas dari akses utama, jalan yang Anda tempuh jauh lebih jelek. Anda harus melalui jalan kampung yang belum beraspal dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Sebagai penanda utama Banyu Tibo, Anda akan menemui pos masuk. Tarif masuk pantai ini senilai Rp 6.000 per orang.

Tapi, Anda belum benar-benar sampai di Banyu Tibo. Dari pos retribusi, Anda belum akan melihat tepi pantai ini. Lokasinya sangat tersembunyi. Anda masih harus berjalan kaki melewati bukit-bukit kecil dengan barisan pohon kelapa tinggi menjulang, yang menyembunyikan letak surga kecil ini. Begitu tiba di Banyu Tibo, Anda bakal langsung disambut oleh bunyi debur ombak yang keras. Pantai-pantai di Selatan Jawa memang terkenal dengan ombaknya yang ganas. Karena itu, tidak direkomendasikan berenang di pantai ini.

Kontur Banyu Tibo cukup unik. Anda harus menuruni tebing dengan tangga untuk menyentuh hamparan pasir pantai yang hanya seluas 50 meter persegi ini. Nah, dari tebing setinggi 20 meter itu, meluncur dengan deras air terjun. Anda juga bisa, kok, melihat hulu sungai kecil yang bermuara di atas air terjun tersebut. Sungai yang lebih menyerupai kolam air tawar ini sangat bening dan sejuk.

Kebanyakan pengunjung pantai ini memilih bermain di bawah guyuran air terjun dan parit kecil yang terbentuk di atas pasir. Dan, entah kenapa pasir di Banyu Tibo sangat tebal dan teksturnya empuk bagaikan bantal. Menurut Irwansyah, warga sekitar pantai, Banyu Tibo terekspos belakangan, ketimbang pantai lain di Pacitan, seperti Klayar dan Teleng Ria. Letaknya yang tersembunyi dan suasananya yang benar-benar tenang, membuat pantai ini lebih cocok untuk beristirahat. Apalagi, pantai ini sangat bersih karena tidak seramai pantai-pantai lain. “Jarak ke permukiman warga jauh dari pantai ini,” kata dia.

Di Banyu Tibo, Anda juga bisa memuaskan hobi fotografi . Terdapat sebuah bukit hijau yang bisa Anda daki untuk menjadi lokasi hunting. Dari puncak bukit, Anda bisa melihat laut lepas sekaligus pantai lain yang bertetangga dengan Pantai Banyu Tibo. Salah satunya Pantai Nampu yang letaknya hanya dipisah oleh bukit karang. Jika langit sedang cerah, Anda bagai melihat lukisan hidup yang memukau. Perpaduan antara perbukitan hijau, pantai berpasir putih, dan air terjun.

Masih dari puncak bukit ini, saat senja, Anda bisa melihat sang surya kembali ke peraduan dan melukis horizon dengan kilau jingga di ufuk barat. Buat yang mau menghabiskan malam di pantai ini, tak ada pilihan lain kecuali mendirikan tenda di atas bukit. Jadi, Anda harus membawa tenda berikut makanan dan minuman. Maklum, tak ada penginapan di dekat Banyu Tibo.

Bahkan, warung makan tidak ada. Penginapan terdekat ada di sekitar Pantai Klayar yang berjarak satu jam perjalanan dari Banyu Tibo. Di pantai ini terdapat sejumlah homestay dengan tarif Rp 130.000 per malam hingga Rp 200.000 per malam. Pengelola homestay juga menyediakan makanan dengan harga murah-meriah. Mari, menikmati nirwana kecil di selatan Pacitan. (Surtan PH Siahaan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com