Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sail Derawan 2015, Siapkah?

Kompas.com - 22/12/2014, 12:37 WIB
GAGAL menggelar Sail Derawan 2013 karena ”dikalahkan” Sail Komodo, Pemerintah Kabupaten Berau, juga Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, tidak patah arang. Target Sail Derawan kembali dicanangkan tahun 2015. Siapkah Derawan, mengingat Derawan masih dibalut setumpuk masalah?

Begitu dipastikan urung menghelat Sail Derawan 2013, segera digelar Festival Derawan, yang sengaja ditujukan sebagai acara pendamping Sail Komodo. Harapannya, Festival Derawan bisa menarik perhatian pemerintah pusat, dan muaranya nanti, mengabulkan Sail Derawan 2015.

Sayangnya, festival tidak terlalu bergaung. Bagi warga Derawan, festival ini hanya sebatas acara sekilas penambal kekecewaan. Warga telanjur memasang harapan tinggi, merenovasi rumah, dan tentu saja sudah mengeluarkan uang demi Sail Derawan 2013 yang batal.

”Pemerintah daerah merasa lebih siap menggelar Sail Derawan ketimbang Sail Komodo. Kami pun ikut terpicu. Kamar-kamar diperbaiki, AC diservis, makanan sampai bumbu-bumbu dapur sudah dibeli,” ungkap Mardiawati, pemilik penginapan Indriani, di Pulau Derawan, Sabtu (6/12/2014).

Mardiawati yang mengelola penginapan (homestay) bersama keluarganya menghabiskan uang sekitar Rp 8 juta. Ketika Sail Derawan urung digelar, ia hanya bisa gigit jari. Sekitar 250 homestay lain di Derawan bernasib serupa. Juga warung-warung makan dan toko kelontong.

Celakanya lagi, Festival Derawan malah digelar di Tanjung Redep (ibu kota Berau) dan Samarinda. ”Acara di Derawan hanya umbul-umbul Sail Derawan yang berkibar di jalanan kampung dan lomba perahu yang mendadak, diikuti, dan ditonton oleh warga sendiri,” ujar Mardiawati.

Pesona laut

Derawan memiliki pesona yang lebih dari cukup untuk menggelar acara berskala internasional. Kepulauan ini terdiri atas sejumlah pulau, terutama Derawan, Sangalaki, Kakaban, dan Maratua. Pemandangan bawah air di sana, banyak yang menyebut, hanya kalah oleh Raja Ampat, Papua.

Berenang dan snorkeling 50-an meter dari tepi pantai Derawan saja, kita bisa menjumpai ikan berwarna-warni berseliweran di antara terumbu karang. Jika beruntung, kita akan ”ditemani” penyu. Derawan juga termasuk rutin didatangi penyu untuk bertelur.

KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA Tukik berusia sehari di Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Sabtu (6/12/2014).
Sangalaki yang merupakan taman wisata alam dan konservasi penyu tak kalah indah. Kita bisa melihat anak penyu (tukik) yang baru berumur sehari yang siap dilepas ke laut. Ikan pari manta juga berseliweran di perairan Sangalaki. Begitu melihat kecipak air, tinggal mencebur ke laut memakai peralatan snorkeling untuk menyaksikannya. Perairan di Maratua, pulau terluar di Berau, juga ”surga” bagi para penyelam.

Daya tarik lain adalah Danau Kakaban di tengah Pulau Kakaban. Inilah habitat ubur-ubur yang tidak menyengat. Hanya dua tempat yang seperti ini di dunia, yakni Pulau Kakaban dan Pulau Palau di Micronesia. Lebih dari 3.000 wisatawan ke Kepulauan Derawan setiap bulan.

Derawan, dan mungkin juga tempat wisata indah lain di Indonesia, masih terbalut kesulitan klasik. Sulit dijangkau dan mahal. Satu wisatawan setidaknya mesti menyiapkan Rp 3 juta hingga Rp 3,5 juta untuk menginap tiga hari dua malam, itu pun di luar biaya tiket pesawat.

Berbagai masalah

Kembali ke persoalan Sail Derawan, Pemkab Berau dan Pemprov Kaltim optimistis bisa menjadi tuan rumah, September 2015. Namun, apakah Derawan siap? Untuk saat ini, Derawan belum siap. Demikian juga masyarakatnya. Pemerintah daerah mesti bekerja keras dalam waktu singkat.

Sulitnya menjangkau Derawan tetap jadi masalah pelik. Dari Tanjung Redep harus mencarter mobil menuju pelabuhan Tanjung Batu, baru menyeberang menuju Pulau Derawan. Tidak ada standar baku tarif speedboat merupakan kendala yang membingungkan wisatawan. Belum lagi pengemudi speedboat yang harus menunggu bahan bakar minyak baru bisa mengantar tamu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com