Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampoeng Djamoe Organik, Oase di Kawasan Industri Cikarang

Kompas.com - 24/12/2014, 09:08 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

SIAPA yang tahu kalau di kawasan industri Cikarang masih ada lahan hijau. Suasananya asri. Beratus-ratus pohon dan tumbuhan hidup di sana. “Silakan, kalau datang ke sini bernapaslah sepuasnya dan buang jauh-jauh pikiran yang berat,” ungkap Manajer Operasional Kampoeng Djamoe Organik, Heru D Wardana.

Bukan lelucon, Heru serius mengajak pengunjung bernapas. Menurut Heru, oksigen yang biasa kita hirup sudah hilang kualitasnya. Udara sudah bercampur polusi kerap kali membuat kita kekurangan oksigen. “Kalau di sini, manfaatkan untuk bernapas,” tambahnya dengan tawa.

Kampoeng Djamoe Organik (KaDO), berlokasi di Jalan Raya Cibarusah, Kawasan EJIP Pintu II,  Cikarang. Suasananya yang asri, menjadikannya bagai oase di tengah kawasan industri yang terus membuang polusi.  Kawasan yang benar-benar sulit ditemui bahkan di ibu kota sekalipun.

Semilir angin sejuk yang berembus dari rerimbunan pepohonan hijau di sana sudah bisa dirasakan sejak pengunjung masuk di gerbangnya. Di sana pula biasanya pemandu wisata menyambut mereka dan mulai mengajak untuk menjelajahi kawasan hijaunya dan mengenalkan tanaman apa saja yang tumbuh di sana. 

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Suasana Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar

Memasuki kawasannya, pengunjung akan disambut sebuah rumah tradisional asal Manado. Di sini lah terdapat minuman selamat datang. Tentu saja minumannya berupa jamu  yang menyegarkan dan menghangatkan tenggorokan. Dari sana, pemandu akan mengajak pengunjung melanjutkan perjalanan. Menyusuri jalannya, pengunjung dipersilahkan melewati pedestrian berupa petakan-petakan dan gempuran batu. Sedangkan di samping kiri dan kanan dipenuhi dengan tanaman obat dan kosmetika (Toka) sebanyak 650 jenis tumbuhan.

“Kawasan lahan terbagi dua jenis sesuai klasifikasi tanaman, yaitu Aromatic Land dan Beauty Land,” ungkap Wawan yang kebetulan memandu saya saat itu.

Aromatic Land dipenuhi dengan tanaman-tanaman yang memiliki aroma. Di antaranya, pandan, melati, som jawa, kolesom, kenanga, kamboja, dan kayu putih. Beberapa tumbuhan dinilai sebagai tanaman langka, dahulu bahkan dianggap mustahil dapat hidup di kawasan ini. “Zaitun, buah merah dan kemenyan merupakan tanaman langka tapi ternyata dapat hidup di sini,” tambah Wawan.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Temu Giring yang sudah dikeringkan berkhasiat untuk menghaluskan kulit. Tanamannya dapat ditemui di Kampoeng Djamoe Organik

Beberapa tanaman juga mungkin mudah ditemui di halaman rumah hanya saja belum banyak yang mengetahui bahwa tanaman-tanaman tersebut memiliki khasiat. “Lain lagi dengan Beauty Land yaitu lahan yang dipenuhi dengan tumbuhan yang bermanfaat bagi pemeliharaan kecantikan mulai dari rambut, tubuh dan kulit,” katanya.

Tumbuhan yang terdapat di sini di antaranya, nanas, lavender dan jati. “Nanas itu baik untuk rambut, sedangkan lavender dan temu giring baik untuk kulit. Berbeda lagi dengan daun jati yang berkhasiat untuk tubuh untuk menjaga agar tidak obesitas.

Setelah puas berkeliling, terakhir pengunjung akan diajak ke proses pemilihan dedaunan dan pengeringan tumbuhan-tumbuhan tadi yang sudah dipanen untuk dijadikan jamu. “Di sini proses eksekusi tanaman-tanaman yang sudah dipanen, di belakang ada tempat penyimpanan daun-daun yang sudah dikeringkan. Terbuka untuk umum  agar dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat,” tambahnya.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Beragam jamu dari tumbuhan organik dapat dinikmati langsung di Kedai Sehat Alami

Setelah selesai, pengunjung akan kembali beristirahat di rumah adat Manado kembali. Rumah ini sebenarnya berfungsi juga sebagai kedai sehat alami tempat pengunjung membeli jamu instan kemasan. Di sana juga dijual hidangan-hidangan yang dapat langsung disantap. Bahan baku makanannya tentu saja berasal dari hasil budidaya organik.

“Sudah kami siapkan beragam makanan bagi mereka yang sudah memesan paket untuk berwisata ke sini. Konsep makanannya sederhana. Kami buat ketika ada pesanan masuk. Bukan fast food tapi slow food,” sambung Heru lagi.

Proses slow food dalam penyajian makanan di kedai ini membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menjamin semua makanan yang akan disantap terhidang dalam keadaan hangat dan segar.  "Tempat ini sangat baik didatangi oleh keluarga dan membawa anak-anak. Orangtua dapat menikmati alam yang asri sehingga mengingatkannya akan kampung halaman. Sedangkan anak-anak akan diedukasi untuk ikut menjaga alam,” tutup Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com