Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merinding di Gunung Tunak

Kompas.com - 24/12/2014, 16:11 WIB
SEBONGKAH karang yang tegar terus-menerus dihantam ombak Samudra Hindia. Kontur karang yang seperti penyu tersebut disebut Gili Penyu, di lepas pantai Taman Wisata Alam Gunung Tunak, Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat.

Amak Karie menatap pulau kecil itu dari bibir tebing Gunung Tunak. Mentari yang menyengat memaksa pria dari Bumbang, Mertak, Pujut, ini berpayung pepohonan yang dia potong. Dari atas tebing, air laut selatan kebiruan teduh.

Panas di atas tebing seolah-olah mendorong saya buat mencebur ke laut biru di bawah sana. Tapi, baru semeter dari tubir dinding kapur, jantung berdegup kencang.

Di ujung tanjung paling selatan Pulau Lombok ini, alam membentang kontras: biru laut, biru langit, berpadu dengan karang kapur dan hamparan rumput. Taman wisata alam seluas 1.200 hektare ini berupa tanjung berbukit-bukit yang menjorok ke Samudra Hindia. Dataran Gunung Tunak dibatasi Teluk Bumbang di barat-utara dan Teluk Awang di timur. Deretan bukit dibentuk oleh Bukit Bungkulan, Bukit Kelor, Bukit Takar Akar, Pejanggik dan Batujangak.

Lekuk-lekuk teluk dibentuk oleh tebing-tebing curam, yang disela oleh beberapa pantai berpasir. Di atas tanah jazirah ini, tumbuh padang rumput dan hutan dataran rendah dengan kayu yang keras. Padang rumput terhampar di tubir tebing yang berbatasan dengan laut. Karpet rumput ini membentang selebar antara 200 – 300 meter dari tepi tebing hingga batas vegetasi berkayu.

Saya dan Karie baru menginjak satu dari lusinan tebing yang membatasi Gunung Tunak dengan perairan Samudra Hindia. Penduduk lokal menyebut setiap tempat di atas tebing dengan berbagai nama. Batasnya tidak jelas. Gili Penyu misalnya, berbatasan dengan Peluluh: padang rumput berbatas tebing di sisi timur.

Beberapa tumpukan batu di tepi tebing menandai Gili Penyu kerap disambangi pemancing. ”Berangkat sore, pulang pagi,” tutur Karie yang juga sering memancing di Gili Penyu. Hasilnya, kata dia, ”Buat makan dan dibagi-bagikan ke tetangga.”

Beberapa kali saya mencurahkan ketakutan saya kepada Karie. Dia hanya tersenyum. “Pemancing kadang turun ke bawah,” jelasnya. Saya melongok ke bawah, dan itu makin dekat dengan jurang. Di bawah sana, ombak Samudra Hindia berbuih menghantam kaki tebing. Saya merinding, bulu kuduk meremang.

Alam Gunung Tunak menyajikan sisi lain pantai selatan Lombok: ada pantai berpasir, dinding kapur yang kokoh, hamparan rumput, hutan pantai dan hutan dataran rendah. Ini panorama yang lengkap di Lombok Selatan. Di beberapa sudut di pesisir Gunung Tunak, hamparan terumbu karang memikat para penyelam.

Kendati deg-degan, saya berkali-kali mendekati batas tebing, menatap Samudra Hindia, bongkahan karang, debur ombak. Di bawah sana, dekat tebing curam, burung buntut-sate mengangkasa di atas ombak samudra. Ngeri-ngeri sedap memang.

(Agus Prijono/National Geographic Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com