Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Minyak Tradisional Wonocolo

Kompas.com - 04/01/2015, 17:03 WIB
BIASANYA, kita mencium aroma udara segar di hutan. Namun, di hutan Desa Wonocolo, Bojonegoro, yang tercium adalah aroma minyak.

Selain itu, terdengar suara besi berdentam-dentam memecah kesunyian hutan jati yang terpencil. Suaranya menggema di antara bukit-bukit kapur yang mengitari hutan. Suara berisik apakah itu?

Itulah suara pipa besi yang sangat berat menggali tanah hutan desa Wonocolo. Pipa besi itu membuat sumur yang sangat dalam. Suara dentaman pipa besi kadang diiringi teriakan sekumpulan orang yang beramai-ramai menarik timba dari sumur. Timba itu sangat berat sehingga harus ditarik sepuluh orang laki-laki. Dalam timba itu terdapat air bercampur lumpur.

Mengapa orang-orang itu repot mengambil air berlumpur? Air lumpur itu sangat berharga. Karena air lumpur itu mengandung minyak bumi. Ya, air lumpur itu jika direbus akan menghasilkan minyak tanah, bensin, dan solar.

Riomanadona/Dok. Bobo Sumur minyak tradisionalnya di hutan Desa Wonocolo, Bojonegoro, Jawa Timur.
Uniknya, penduduk desa Wonocolo merebus air lumpur itu dengan cara tradisional. Mereka memanfaatkan alam sekitarnya untuk menyuling air lumpur jadi minyak.

Tanah berbukit di sekitarnya dijadikan alat penyulingan minyak bumi secara sederhana. Tungku api dibuat di terowongan bawah tanah. Api itu memanaskan tong berisi air lumpur sampai mendidih.

Air berlumpur yang mendidih, lalu menghasilkan uap minyak. Sedikit demi sedikit, uap minyak akhirnya terkumpul hingga satu drum besar. Satu drum minyak yang sangat berharga.

Ilmu menambang minyak tradisional ini dimiliki penduduk Wonocolo secara turun temurun. Dulu desa Wonocolo pernah menjadi desa terkaya di Indonesia. Itu pada masa sebelum penambangan minyak modern datang ke desa Wonocolo.

Kini banyak perusahaan asing menambang minyak di Desa Wonocolo. Namun, penduduk Wonocolo tetap bertahan dengan tambang minyak tradisionalnya yang unik. (rna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kidnesia
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com