Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekali "Nyedot" Mi Janda Bakal Ketagihan

Kompas.com - 08/01/2015, 08:15 WIB
BICARA janda memang tak ada habisnya. Apalagi yang satu ini, Mie Janda Margonda. Tak akan habis ceritanya, karena semakin "disedot" mi-nya semakin banyak ceritanya. Tak percaya? Coba saja.

Mi Janda yang terletak di Jalan Raya Margonda, Pondok Cina, Depok atau di seberang kampus Gunadarma itu memiliki resep khusus. Baik itu dalam pembuatan kuahnya dan mi-nya. Kuah dengan rasa hangat dan gurih serta wangi karena dicampur jahe, pala dan kaldu membuat santap mi pun menjadi bergairah.

Belum lagi campuran tahu, dua telur puyuh rebus, dan baso daging sapi menjadikan kuah yang terpisah dengan mi itu mengandung protein dan lemak yang membuat tubuh pun semakin bertenaga. Seperti terlihat pada menu Mi Janda Super yang menjadi favorit para pembeli.

Mi yang terbuat dari tepung terigu yang dicampur telur terasa lembut di lidah sehingga mulut pun tak hentinya menyedot mi tersebut. Rasa daging ayam di mi tersebut pun terasa begitu gurih. Unsur vitamin dan serat pun diperoleh dari sayuran caisim.

"Berani memang rasanya. Enak, makan satu mangkok saja sudah kenyang, tapi pengen lagi," kata Yanti (27) warga Pancoran Mas, Depok, beberapa waktu yang lalu.

Asisten Supervisor Mie Janda Margonda. Dwi Yudianto menjelaskan, perbedaan mi janda dari mi ayam lainnya adalah bumbu dan pelayanannya. Bumbu mi ayam merupakan resep tersendiri yang dipasok dari Ciriung, Cibinong, Kabupaten Bogor.

"Kuncinya di bawang putih dan tidak pakai MSG. Kami lebih banyak gunakan bawang putih biar lebih wangi dan gurih. Untuk menghilangkan bau daging ayam maka kuah pun dicampur dengan pala," katanya.

Dwi menjelaskan, merek jualan mi janda bukan diperuntukan bagi janda atau menyatakan mi ayam tersebut dibuat oleh janda melainkan janda itu singkatan. Kepanjangan "janda" adalah Jawa-Sunda. Para pemilik merk mi janda ini merupakan orang Jawa dan Sunda. Keempat pemiliknya yaitu Acoy El Haris (38) dari Sunda dan Suwito (39), Saiful Ahmad (40), dan Ahmadun (37) dari Jawa.

"Mereka ini temanan saat kerja di Astra. Mereka pun keluar dan mendirikan usaha kuliner. Karena mereka dari Jawa dan Sunda makanya dikasih nama Janda. Selain itu juga untuk menarik konsumen. Bumbunya pun perpaduan bumbu Jawa dan Sunda. Pertama kali berdiri di Bogor tahun 2008," paparnya.

Dwi menambahkan bahwa untuk mengentalkan nama Janda maka dinding kios pun didominasi warna ungu. Kemudian untuk menimbulkan kesan ceria warna ungu pun dipadu dengan warna kuning. Selain mi janda tersedia juga kwetiau dan bihun mi janda. (Dody Hasanuddin/Dian Anditya Mutiara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com