Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Unik Melestarikan Budaya Kopi Luwak Tradisional

Kompas.com - 31/01/2015, 18:31 WIB
SELAIN untuk mengembangkan pariwisata di daerah Tegalalang, Agro Wisata Bali Pulina ini dibuat untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal sekitar, dan membantu para petani kopi lokal untuk menyalurkan kopinya.

Begitulah yang menjadi tujuan pemilik Bali Pulina Agro Tourism, I Nyoman Diana, yang berada di Banjar Pujung Kelod, Desa Sebatu, Kecamatan Tegalalang.

Berdiri sejak 19 Januari 2011, Bali Pulina ingin mengenalkan kopi luwak, yang merupakan produk utama di sini, bagi masyarakat lokal sendiri, serta para turis, baik domestik maupun mancanegara.

“Di sini mereka, bisa melihat proses pembuatan kopi, terutama kopi luwak, yang diolah dengan cara tradisional,” ujar Manajer dari Bali Pulina Agro Tourism, Ni Wayan Suniati.

Berbagai tanaman kopi dan juga coklat juga ditanam langsung di sini. Para pengunjung dapat berkeliling area Bali Pulina, melihat kebun-kebun yang selain ditanami kopi dan coklat, juga berbagai herbal dan buah-buahan.

Tak hanya itu, bisa mengetahui bagaimana cara perawatannya, dan bisa melihat langsung luwak-luwak sebagai penghasil kopi luwak, yang juga turut dikembangbiakkan oleh Bali Pulina.

Bali Pulina juga bekerja sama dengan para petani kopi lokal dengan membantu mendistribusikan kopi mereka di sini. Untuk kopi luwak, menurut Suniati, luwak-luwak di sini, baik luwak kandang dan luwak yang berasal langsung dari kebun, memilih sendiri biji-biji kopi yang memang telah matang dan berkualitas baik.

“Para pengunjung dapat belajar mengenai hal-hal tradisional Bali yang mulai dilupakan saat ini,” ujar Suniati.

Selain memang tampil dengan bangunan tradisional, berbagai peralatan pembuatan kopi dan juga peralatan sawah yang ada merupakan barang-barang tradisional khas Bali tempo dulu. Tujuannya, agar anak-anak muda yang datang teredukasi dan mau ikut melestarikan kembali budaya tradisional Bali.

Tribun Bali Bali Pulina
Karena dari awal pengolahan hingga menjadi kopi yang siap dinikmati oleh orang-orang dilakukan secara tradisional, Bali Pulina ingin memberi penjelasan kepada masyarakat mengapa harga kopi luwak yang dibanderol selama ini tidak murah.

Selain dengan cara yang masih manual dan tradisonal, kopi luwak pun tak dapat dilakukan secara mass production.

Karena, luwak-luwak ini memang tak bisa dipaksa untuk mengonsumsi kopi dalam jumlah banyak. Belum lagi para luwak ini juga tak hanya mengonsumsi kopi, namun juga buah-buahan lainnya yang ada di sekitarnya. Mulai dari sangrai hingga penggilingan kopi luwak ini juga dapat disaksikan langsung oleh para customer.

Para pengunjung dapat berwisata di Bali Pulina ini mulai dari pukul 07.00-19.00 Wita. Selain pada saat Nyepi, tempat ini beroperasi setiap harinya. Ke depannya, Bali Pulina berencana untuk mengadakan kegiatan bercocok tanam di sawah sebagai bagian dari aktivitas para pengunjung di sini.

Bisa mencicipi delapan jenis minuman

Harga tiket masuk untuk saat ini adalah Rp 100.000 untuk para tamu lokal. Dengan biaya tersebut, para pengunjung akan mendapat pengalaman wisata tentang kopi luwak itu sendiri, dan yang tak kalah menarik adalah pemandangan yang ditawarkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com