Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Napoleon di Anambas

Kompas.com - 24/02/2015, 14:21 WIB
INGIN melihat napoleon tanpa harus menyelam? Datanglah ke Anambas di Kepulauan Riau. Di sana, ribuan napoleon yang dibudidayakan nelayan setempat menanti untuk dikunjungi sebagai saksi kejayaan nelayan Anambas.

Hari masih pagi ketika kami bersiap di atas kapal cepat yang menanti di dermaga Tarempa. Kapal cepat (speed boat) berukuran kecil berisi maksimal 12 orang yang dikemudikan Sekretaris Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Anambas Yusmadi akan membawa kami melihat napoleon di Desa Air Sena.

Napoleon adalah jenis ikan karang berukuran tubuh paling besar dari keluarga labridae, yaitu ikan karang yang umumnya memiliki tubuh berwarna terang. Nama Latinnya Cheilinus undulatus atau disebut humphead maori wrasse. Masyarakat setempat mengenal napoleon dengan nama ikan ketipas.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Kolam-kolam budidaya napoleon di Desa Air Sena, Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Pada era 1990-an, napoleon menjadi raja bagi para nelayan di Anambas karena harga jualnya fantastis mencapai 180 dollar Singapura per kilogram. Tidak mengherankan apabila banyak nelayan Anambas yang tergiur menjadi pembudidaya napoleon.

Salah satu desa yang merupakan desa budidaya ikan napoleon terbesar di Anambas adalah Desa Air Sena. Di desa yang terletak di Kecamatan Siantan Tengah itu, 80 persen warganya menjadi nelayan pembudidaya napoleon. Setidaknya, setiap nelayan budidaya memiliki 3-4 kolam karamba.

Perjalanan kami pagi itu ditemani langit yang sangat cerah dan gelombang air laut yang cukup tenang. Laut menjadi jalan raya di sebagian besar wilayah Anambas. Beberapa kali kami melewati gugusan pulau dengan pepohonan menghijau. Di bagian luar pulau, batu-batu granit besar dihajar gelombang menciptakan buih berkepanjangan.

Bila kapal berpapasan dengan kapal lain, kami harus berpegangan karena permukaan air membuat kapal bergoncang-goncang keras. Cukup membuat jantung kami berdegup kencang. Apalagi, bila goncangan sampai mengeluarkan suara keras karena menghantam gelombang yang cukup tinggi.

Terkadang, kapal juga harus memutar jalan ketika melewati terumbu karang yang menyembul di permukaan air. Bila airnya cukup tinggi, kapal pun terpaksa berjalan perlahan agar tidak tersangkut terumbu karang. Itulah saat terbaik untuk menikmati terumbu karang yang berwarna keputihan di permukaan air.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH A Liong, nelayan budidaya napoleon di Desa Air Sena, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Terumbu karang itulah yang membuat air di sekitarnya berwarna kehijauan di antara biru air laut yang menghampar luas. Bila tak ingat tujuan kami untuk melihat budidaya napoleon, sudah tentu kesempatan untuk terjun ke air tidak kami lewatkan.

Perlu hati-hati

Di Air Sena, kolam-kolam budidaya napoleon berjajar di tengah laut. Keberadaan kolam-kolam itu memang menjadi pemandangan yang jamak saat berada di Anambas yang didominasi lautan. Dari 255 pulau yang ada di Anambas, hanya 26 pulau yang sudah dihuni penduduk.

Kolam-kolam itu terbuat dari jaring ikan dua lapis yang diletakkan di dasar laut, lalu ditegakkan dengan batang-batang kayu berdiameter kira-kira 15-20 sentimeter. Bentuknya menyerupai karamba jaring. Air yang digunakan adalah air langsung dari laut sehingga meski berada di kolam, napoleon seolah tetap berada di habitat alaminya.

Karamba jaring itu berukuran lebih kurang 4 x 4 meter dengan kedalaman sekitar dua meter. Di sela-sela karamba jaring, ada seruas jalan terbuat dari papan yang bisa digunakan untuk melintas saat memberi makan atau memeriksa kondisi karamba yang harus selalu dimonitor karena lokasinya di laut. Saat air laut pasang dan arus kencang, tidak jarang jaring-jaring rusak sehingga napoleon pun terlepas ke laut bebas.

Panas matahari yang makin siang semakin terik terlupakan oleh keasyikan memandangi ikan-ikan yang sesungguhnya berwajah ”seram” itu. Dari ruas-ruas papan di sekitar karamba jaring, napoleon yang berwarna kebiruan meliuk-liuk memamerkan tubuhnya yang cantik.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Kolam-kolam budidaya napoleon di Desa Air Sena, Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
Meski bukan ikan penakut, napoleon rupanya termasuk ikan yang bereaksi cepat. Sedikit saja ada gerakan, napoleon akan dengan cepat menarik diri, menjauh dari permukaan air.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com