Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Wisata Bahari Berhadapan dengan Konservasi

Kompas.com - 13/03/2015, 15:08 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi wisata bahari Indonesia memang tinggi. Namun, seperti diungkapkan Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) Yanti Sukamdani, jika produknya tidak siap, akan susah memasarkannya secara besar-besaran. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat memetakan pulau-pulau yang paling siap untuk dipasarkan dalam paket wisata bahari.

Sebab, Indonesia memiliki 17.504 pulau sehingga perlu ada pemetaan yang jelas pulau mana saja yang paling mendukung pengembangan wisata bahari. Hal ini diperlukan untuk fungsi konservasi dan pelayanan. "Harus hati-hati dengan wisata bahari jangan sampai merusak lingkungan," kata Yanti di Jakarta, Selasa (10/3/2015). (Baca: Pekerjaan Rumah Menggenjot Wisata Bahari Indonesia)

Ia memberi contoh Gili Trawangan di Nusa Tenggara Barat. Banyaknya kapal yang membuang sampah di tengah laut. Ia berharap pelestarian lingkungan harus melibatkan semua pihak termasuk para operator kapal layar.

"Gili Trawangan indahnya luar biasa, tapi sampahnya juga luar biasa. Pulau di Wakatobi juga sudah complain karena sampah yang dibuang di laut ke pinggir pulau," ungkapnya. (Baca: Garuda Buka Rute Wisata Bahari ke Timur Indonesia)

Sementara itu, jelas Yanti, untuk beberapa destinasi lainnya seperti Taman Nasional Komodo memang diterapkan pembatasan jumlah wisatawan yang bisa masuk dalam waktu bersamaan yaitu sekitar 100 orang. Pembatasan ini tujuannya untuk tetap menjaga lingkungan di kawasan konservasi tersebut.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisman di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Selasa (12/5/2014).
Hanya saja, hal yang menjadi masalah adalah ketika kapal pesiar datang dengan penumpang 3.000 orang tetapi yang bisa masuk hanya 100 orang. Banyak operator kapal pesiar mengeluhkan hal tersebut.

"Sisanya ke mana, padahal bisa aja diarahkan ke Pink Beach dulu atau ke Danau Tiga Warna dulu. Memang harus begitu (pembatasan), kalau tidak pulau bisa rusak," katanya.

Yanti menambahkan, BPPI terus mengupayakan beragam promosi seperti melakukan kegiatan penjualan di Amsterdam, Paris, Sydney, dan Kunming (Tiongkok). Serta menggarap celuk pasar di Chongqing Tiongkok, Tokyo Jepang, dan Mumbai India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com