Sebab, Indonesia memiliki 17.504 pulau sehingga perlu ada pemetaan yang jelas pulau mana saja yang paling mendukung pengembangan wisata bahari. Hal ini diperlukan untuk fungsi konservasi dan pelayanan. "Harus hati-hati dengan wisata bahari jangan sampai merusak lingkungan," kata Yanti di Jakarta, Selasa (10/3/2015). (Baca: Pekerjaan Rumah Menggenjot Wisata Bahari Indonesia)
Ia memberi contoh Gili Trawangan di Nusa Tenggara Barat. Banyaknya kapal yang membuang sampah di tengah laut. Ia berharap pelestarian lingkungan harus melibatkan semua pihak termasuk para operator kapal layar.
"Gili Trawangan indahnya luar biasa, tapi sampahnya juga luar biasa. Pulau di Wakatobi juga sudah complain karena sampah yang dibuang di laut ke pinggir pulau," ungkapnya. (Baca: Garuda Buka Rute Wisata Bahari ke Timur Indonesia)
Sementara itu, jelas Yanti, untuk beberapa destinasi lainnya seperti Taman Nasional Komodo memang diterapkan pembatasan jumlah wisatawan yang bisa masuk dalam waktu bersamaan yaitu sekitar 100 orang. Pembatasan ini tujuannya untuk tetap menjaga lingkungan di kawasan konservasi tersebut.
"Sisanya ke mana, padahal bisa aja diarahkan ke Pink Beach dulu atau ke Danau Tiga Warna dulu. Memang harus begitu (pembatasan), kalau tidak pulau bisa rusak," katanya.
Yanti menambahkan, BPPI terus mengupayakan beragam promosi seperti melakukan kegiatan penjualan di Amsterdam, Paris, Sydney, dan Kunming (Tiongkok). Serta menggarap celuk pasar di Chongqing Tiongkok, Tokyo Jepang, dan Mumbai India.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.